Selasa, 31 Agustus 2010

Benar dan Santun Kunci Komunikasi dengan Masyarakat Langit

Benar dan Santun Kunci Komunikasi dengan Masyarakat Langit.

Al Kahfi ayat 29: “Katakanlah bahwasanya kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, maka barangsiapa berkehendak untuk beriman maka ia akan beriman sedangkan barangsiapa menghendaki kafir maka ia kufur”.

Setiap manusia bertanggungjawab atas pilihannya, tidak boleh bersembunyi dibalik takdir karena sebelum takdir terjadi manusia mempunyai kesempatan untuk memilih. Sebagai contoh ada lampu merah menerobos saja akhirnya kecelakaan, maka yang disalahkan adalah yang menerobos lampu merah. Demikian juga masuk neraka ada sebab-sebabnya.

Iman yang telah terpatri di dalam hati akan membatasi hidup kita untuk hanya memilih yang benar. Itulah kebebasan hidup yang sebenarnya. Kebebasan ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang memilih hidup yang benar.

Benar adalah apa saja yang turun dari langit yang kita bumikan dalam hidup kita sehari-hari. Tidak ada kebenaran yang tidak bisa diamalkan. Setiap kebenaran pasti bisa dilaksanakan. Jika tidak sanggup, secara fisikal masih bisa dilaksanakan (secara perasaan hati dan iman saja adalah malas). Misalnya kebenaran shalat. Tak bisa dilaksanakan berdiri bisa duduk atau berbaring. Pun ada kebenaran alternative tapi tetap dari Allah. Dalam hal ini kuncinya adalah ikhlas yakni menyiapkan hati untuk menerima kebenaran dari langit (Pasrah & Tawakal).

Hati softwarenya adalah jujur untuk menerima kebenaran. Kuncinya adalah jujur/tidak ada penolakan. Bukti tidak ada penolakan adalah ketika dibacakan, kita menjadikannya sebagai kesempatan untuk mengisi hati kita. Sejatinya menerima dan menyampaikan kebenaran adalah anugerah dari Allah SWT. Jika penyampai kebenaran anggap kebenaran itu anugerah maka kebenaran itu akan sampai kepada penerima. Meski penyampai belum mengamalkan tidak perlu malu karena lebih malu jika ilmu yang sudah dimiliki tidak diberdayakan.

Apakah orang yang beriman puas dengan perilaku yang benar? Diatas kebenaran masih ada yang lebih punya nilai yaitu mulia. Mulia nilainya jauh diatas benar. Orang yang benar belum tentu mulia sedang orang yang mulia pasti benar. Benar adalah bagian dari kemuliaan. Kemuliaan adalah benar dan santun. Benar tapi tak santun tidak mulia. Hancurkan keburukan dengan tidak santun itu tidak mulia. Cara yang tidak santun merusak pandangan baik terhadap kebenaran. Sedang santun tapi tidak benar dinamakan penipu. Tidak ada pilihan kecuali mempertemukan benar dan santun dalam hidup kita. Sifat mulia ini adalah ciri manusia langit.

Masyarakat langit dan masyarakat bumi sebenarnya tidak terpisah. Yang perlu kita yakini adalah

1. Masyarakat langit itu ada dan kita akan menjadi bagian dari mereka

2. Diterima masyarakat langit. Sebab ada kejadian diusir dari masyarakat langit karena tidak disukai masyarakat langit (kita berasal dari langit kemudian tinggal di bumi sementara kemudian terkontaminasi jika kembali ke langit tak memiliki akhlaq benar dan santun akan terusir dari langit), miniaturnya orang desa pergi kekota setelah setengah tahun terkontaminasi budaya kota yang buruk, saat pulang ke desa menjadi glamour akhirnya tidak diterima oleh masyarakat desa.

3. Diterima oleh masyarakat bumi. Tentunya karena akhlaq yang baik.

Jadi ada tiga hal yang harus diselesaikan dalam hidup, yakni 1. Kuat Aqidahnya 2. Kuat Ibadahnya. 3 Kuat Akhlaqnya. Siapa yang memiliki akhlaq yang santun akan disukai oleh siapa saja.

Shalat mengajari kita bahwa hakikat umur adalah bukanlah bilangan waktu yang terus berulang, melainkan bilangan amal yang diulang-ulang. Sehingga seiring habisnya umur seseorang semestinya ia berada di puncak kebaikan. Bilangan amal yang terus berulang ini akan melahirkan prinsip bahwasanya hidup harus dimulai dari akhir (tujuan). Misalnya seseorang ingin jadi dokter kemudian ia belajar sungguh-sungguh. Yang ingin syurga tentunya beramal dengan sungguh-sungguh.

Hidup ini adalah perjalanan panjang…dan diujung perjalanan ini Allah sudah menyiapkan untuk kita seindah-indah tempat kembali juga ada seburuk-buruk tempat kembali. Semua berpulang pada diri kita. Dengan iman kita bisa menggapai seindah-indah tempat kembali. Oleh karena itu hidup harus punya visi. Visi kita akan mengantarkan hidup kita ini ke syurga. Syurga adalah puncak kesuksesan. Ciri sukses adalah melihat lebih dulu daripada orang pada umumnya. Betapa penting melihat syurga didepan mata. Maka bacalah ayat-ayat Al quran tentang syurga dan neraka.

Bukti bahwa kita sudah punya visi dan misi masuk syurga: “ Barangsiapa yang meyakini bahwa syurga adalah tempat kembalinya, maka ia akan merasakan hidup di dunia ini semakin lama semakin menjemukan (karena ingin cepat sampai)”. Jenuh terhadap segala kesenangan dan permainan yang ada. Rasa jemu terhadap kesenangan dunia ini amat sangat dibutuhkan oleh kita agar kita terus menerus bisa berkomunikasi dengan masyarakat yang diatas sana, yakni masyarakat langit.

Tidak jemu dengan kehidupan dunia membuat akan membuat manusia enggan berkomunikasi dengan masyarakat langit. Padahal masyarakat langit setiap saat menunggu komunikasi dari kita dengan SLSJJS (Sambungan Langsung Sangat Jarak Jauh Sekali) dengan nomor +165 34244. +1 adalah Ihsan yakni merasakan kehadiran Allah. Enam adalah manifestasi iman, bukti iman adalah tidak takut kepada kesulitan. Hadapi dengan layukalifullahunafsan illa wus’aha. Kesulitan yang ada hanya akan menjadi kesulitan kalau kita menghindarinya, maka kerjakan atau kejarlah kesulitan bukan mencari kemudahan karena didalam kesulitan ada sukses sesungguhnya. Lima adalah rukun Islam manifestasinya 34244 komunikasi dalam shalat.

Komunikasi kita dengan masyarakat langit adalah ujian bagi kita. Sejauhmana kita diakui atau diterima masyarakat langit akan sangat bergantung kepada intensitas kita berkomunikasi dengan Allah. Menurut Ibnu Taimiyah, Ibadah adalah ujian dari Allah kepada kita yang menunjukkan sejauhmana kita menghambakan diri kepada Allah. Kalau Allah mencintai hambanya, Allah akan meminta Jibril menyampaikan pada masyarakat langit kalau DIA mencintainya sehingga masyarakat langitpun mencintainya… dan komunikasi kita kepada Allah mempengaruhi ibadah yang kita persembahkan kepada Allah. Puncak kebaikan insan akan meyakini bahwa hidup hanyalah untuk beribadah.

(Cukup Allah menjadi penolong dan pelindung kami, selalu tawwakal kepada Allah. (Baca Ali Imran 173-174). Sabar itu indah. Kemenangan akan datang bersama kesabaran. Sumber tidak bahagia: kafir, tidak ridha terhadap takdir, melihat yang lebih tinggi, hasad dan dengki. Terimalah setiap pemberian Allah niscaya Anda menjadi paling kaya. Al Quran (Baca :Al A’raf 144). Jangan menyalahkan apa yang ada, berhenti mencari kambing hitam. Harus memperhatikan diri sendiri, kenapa rapuh dan ringkih. Sadari kalau tidak berada dalam kemuliaan berarti dalam kehinaan. Jaga terus kesadaran! ) ( Jelajah Hati, Darush Shalihat)

Shalat dan Kesucian Diri


Barang siapa yang berwudlu dan membaguskan wudhunya maka akan keluarlah segala kesalahan dari tubuhnya, hingga dibalik kuku-kukunya (HR Muslim)
Dalam Surat Al Ankabut ayat 45 diterangkan bahwa shalat bisa mencegah perbuatan fahsya dan munkar. Namun jika kita introspeksi diri, tiada henti kita shalat, namun tiada henti pula kita melakukan dosa dan maksiyat, baik itu dosa kepada orangtua, kakak, adik maupun teman. Waktu kewajiban shalat adalah umur 10 thn, jika dihitung sampai sekarang sudah berapa kali shalat? 27 kali 5 kali 360 tahun sama dengan duapuluhan ribu kita shalat, tetapi belum mampu merubah kita.
Shalat pada hakikatnya adalah menghadap kepada Allah. Antara kita dan Allah ada penghalang yang membuat shalat kita tidak bisa seperti yang kita harapkan. Bayangkan suami isteri ketemu lima kali sehari tapi dibalik tembok, tidak mengesankan bukan? dan tidak menghasilkan apa-apa. Saat menghadap Allah ada hijab berupa syahwat baik itu syahwat hati, syahwat mulut, syahwat tangan, syahwat pikiran, maupun syahwat telinga, dan syahwat kaki. Karena syahwat itulah yang menjadikan tidak ada perubahan antar sebelum dan sesudah shalat.
Shalat akan mengantarkan kita sepenuhnya menghadap Allah, manakala kita telah bersih dari segala kotoran syahwat. Syahwat itu belum menjadi perbuatan tetapi berupa keinginan sesuatu yang tidak disukai Allah. Syahwat adalah keinginan diri untuk melakukan dosa dan maksiyat (dorongan itu kuat). Ketika syahwat ini masih berada dalam diri sesorang, maka batinnya tidak suci menghadap Allah. Misalnya datang makanan, kita sangat ingin makan pada saat shalat, badan menghadap Allah, tetapi hati menghadap makanan.Shalat seperti ini ibarat balon yang dipegang talinya. Shalat yang bersih ibarat balon yang yang tidak terikat, naik membumbung. Shalat itu mikrajnya naik ke langit. Shalat kalau masih terbelenggu pada hal yang sia-sia membuat balon tidak bisa terbang keatas.
Wudlu adalah taujih Rabbani agar kita memulai shalat dengan bersih diri. Berwudhu berarti berusaha membersihkan tubuh dari syahwat duniawi. Niat akan membersihkan diri dari segala syahwat aqidiyah (ragu-ragu) dan khuluqiyah (keras). Dosa aqidiyah yaitu meyakini ada kekuatan lain yang melebihi kekuatan Allah, berharap kepada selain Allah. Berharap pada selain Allah boleh asal tidak melebihi harapannya kepada Allah. Jadi ketika yang diharapkan tidak terwujud tidak berputus asa mengharapkan Allah. Juga termasuk dosa aqidiyah jika mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah, dan takut kepada sesuatu melebihi takut kepada Allah. Dosa khuluqiyah adalah segala sesuatu yang membuat hati menjadi keras. Misalnya sombong karena dunia maupun karena akhirat. Riya ingin dilihat orang lain. Ujub merasa bangga dengan amal dan merendahkan orang lain, hasud, dengki, ittiba’ nafsu, dan hubbudunya (terlalu cinta dunia).
Berkumur-kumur membersihkan syahwat mulut dan perut, bersih dari keinginan selain Allah. Mulut adalah seperti teko. Bila teko isinya susu maka akan keluar susu, tapi jika isinya kopi keluarnya kopi. Apa yang dikeluarkan mulut kita adalah isi hati kita. Syahwat mulut berupa:
1. Berdusta yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan
2. Menipu, tanda tangan teman saat tidak masuk kuliah.
3. Ghibah, menggosip
4. Namimah, adu domba
5. Berbicara sia-sia
6. Makan haram, syubhat dan berlebihan
Membasuh muka adalah membersihkan diri dari segala syahwat wajah dan penglihatan. Misalnya:
  • Tabbaruj (berhias menarik pandangan bukan mahram) wajah adalah karunia yang dimintai pertanggungjawabannya.
  • Cemberut (manyun) membuat orang jadi tidak nyaman. Jadi perlu azzam untuk selalu ceria dihadapan kawan ataupun lawan. Senyum kita dicatat sebagai kebaikan.
  • Menatap sinis penuh penghinaan dan kebencian.
  • Memandang yang tidak boleh dipandang
Membasuh tangan akan membersihkan dosa yang dilakukan oleh tangan. Syahwat tangan adalah mengambil barang yang bukan miliknya, memegang yang haram, menyakiti sesama, memalsu surat, tanda-tangan atau dokumen.
Mengusap kepala. Syahwat pikiran adalah berprasangka buruk (harusnya mengedepankan prasangka baik), menyimpan rencana jelek. Ingin paham dunia tetapi tidak paham akhirat. Malu jika ketinggalan teknologi tapi tidak malu jika tidak paham akhirat.
Mengusap telinga yaitu membersihkan diri dari syahwat pendengaran. Syahwat pendengaran adalah ghibah. Keinginan suka mendengar kejelekan orang lain adalah tanda kelainan jiwa dan membebani diri sendiri. Jika kita bersama orang-orang yang menghibah sebaiknya menambah yang positif aja. Termasuk syahwat pendengaran adalah mendengar nyanyian dan musik yang melalaikan pada akhirat, mendengarkan segala hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Membasuh kaki adalah membasuh diri kita dari syahwat kaki yaitu melangkah ketempat maksiat, malas pergi ke masjid atau majlis ilmu, malah suka menindas dan menyakiti sesama. Mengusap anggota wudhu tidak sekedar membersihkan anggota badan tetapi juga bersihkan hati sehingga sepenuh hati dan sepenuh jiwa menghadap Allah yang disebut hudurul qalbi atau kehadiran hati dalam menjumpai Allah (Ihsan). (02 Mei 2009 Darush Shalihat)

Rabu, 18 Agustus 2010

Detik Menyelamatkan Hidup


Menyelamatkan hidup dengan apa? Dengan hati karena Allah menyebutkan dalam Q.S Thoha ayat 47: “Keselamatan atas siapa saja yang mengikuti petunjuk”. Keselamatan hanya akan diperoleh orang yang mengikuti petunjuk. Lalu dimanakah petunjuk?/Hidayah? Bukan diotak, pikiran, akal atau nafsu tapi dihati.
Ada peribahasa “hanya periuk yang menyelamatkan pengungsi dari kelaparan”. Dengan apa? Dengan isinya tentu. Isi hati adalah hidayah, hati sebagai wadahnya tentu sangat penting untuk meyelamatkan diri. So penting sekali untuk mengenali hati yang berarti mengenali diri juga. Ada hadits yang mengatakan, “Barangsiapa yang mengenali dirinya maka ia akan mengenali Rabbnya”. Kenapa shalat kepada Rabb tidak khusyuk adalah disebabkan ia belum mengenal Allah dengan baik dan benar. Jika sangat kenal maka pertemuannya akan sangat berkesan.
Manusia adalah mahkluk dengan dua tubuh, yakni jasmani dan ruhani. Jasmani terdiri dari rambut hingga ujung kaki sedang ruhani terdiri dari akal, nafsu dan hati. Kita tidak bisa menjangkau tubuh ruhani kita secara inderawi. Jangankan menjangkau pikiran orang lain, kadang kita tidak bisa menjangkau pikian kita sendiri. Kita hanya bisa menjangkaunya dengan ilmu dan hikmah. Ilmu bisa dipahami oleh akal, sedang hikamh bisa dipahami oleh hati.
Hati manusia berada diantara akal dan nafsu. Posisi ini akan membuat hati berada bertarikan antara akal dan nafsu. Sepanjang waktu akal dan nafsu bertarung, berebut untuk bisa mempengaruhi hati:
1. Manusia yang menempatkan nafsu diatas akal----hati mati---dikuasai nafsu amarah.
2. Manusia yang naik turun penguasaannya atas nafsu dan akal, yakini kadang nafsu yang diatas akal, kadang akal yang diatas nafsu---hati sakit---nafsu lawwamah
3. Manusia yang akalnya diatas nafsu----hati sehat---nafsu muthmainnah.
Bagaimana caranya agar akal selalu diatas nafsu? Kita harus mengetahui peta kekuatan nafsu dan akal.
Kekuatan akal terdiri dari:
Ain= Kekuatan Ilmu yakni kemampuan akal untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Qaf= Kekuatan akal untuk menghubungkan antara ilmu dan realita hidup
Lam= Kemampuan akal untuk memilih sikap dan cara berbuat yang terbaik
Dengan kekuatan ini, nilai tertingginya adalah bersabar dengan kesabaran yang indah.

Kekuatan Nafsu terdiri dari:
Nun=Nikmat
Fa=Fariha=Bahagia
Syin= Sya”ira=Gembira

Perang antara akal dan nafsu:
1. Ain bertemu Nun=Kekuatan ilmu bertemu kenikmatan jika kalah akan menghasilkan koruptor misalnya. Mereka yang berkuasa sebenarnya memiliki ilmu, tahu salah tetapi tetap korupsi karena ingin mendapat nikmat lebih/sebanyak-banyaknya.
2. Qaf bertemu Fa= Tahu yang apa yang harus dilakukan tapi karena pingin senang jadi tidak melakukan yang harusnya dilakukan. Misalnya jam tiga, sudah saatnya tahajud, tapi masih tidur lagi karena hanya ingin senang.
3. Lam bertemu syin= Menemukan sikap terbaik tetapi pengin tidak susah sehingga tidak melakukan yang terbaik.
Bagaimana caranya agar akal mampu mengalahkan nafsu, agar kekuatan nafsu menjadi lemah? Kita bisa buat tiga kekuatan nafsu menjadi lemah/ tidak punya nyali/tumpul, tinggal kita mau atau tidak. Karena caranya adalah.
Caranya adalah;MAU HIDUP SUSAH!!!
Cara agar hidup kita tidak susah adalah mau hidup susah. Mau hidup susah adalah agar hidup kita tidak susah. Siapa yang mau menggembleng hidupnya dengan” mau susah” akan cemerlang kekuatan akalnya. Siapa yang memanjakan hidupnya dengan”tidak mau susah”akan remuklah kekuatan akalnya.
1. Ada kasus= naik angkot, mogok. Mau hidup susah=dorong bareng-bareng, Tidak mau susah=ngeluh, ngumpat-ngumpat.
2. Lapar ingin makan tak ada makanan. Mau hidup susah= puasa. Tidak mau susah=Ngeluh, ngumpat2
3. Motor dipinjam, tak ada bensin. Mau hidup susah= husnudzan, memaafkan. Tidak mau susah: Ngelu, ngumpat2
4. Melamar ditolak. Mau hidup susah= Intropeksi dan tetap ikhtiar. Tiadak mau susah= Ngeluh, ngumpat2
5. Salah dihukum. Mau hidup susah=sadar, menerima. Tidak mau susah: Ngeluh, ngumpat2
6. Dikasih baju tidak cocok. Mau hidup susah=shadaqahkan. Tidak mau susah: ngeluh, ngumpat2
7. Shalat jamaah, panjang dan lama. Tidak mau susah: Syukur, khusyuk. Tak mau susah: Ngeluh, ngumpat2
Orang yang mau susah, hidupnya tidak susah. Orang yang mau susah cenderung hidupnya simple/sederhana. Adapun orang yang tidak mau hidupnya susah cenderung berpikir jlimet, mengada-ada dan melebih-lebihkan.
Janganlah lihat jalan yang kita lalui tapi lihatlah (dengan mata keyakinan) ujungnya. Bukankah kalau kita sudah lihat ujungnya (syurga),laut akan kusebrangi, gunung akan kudaki?. Melihat ujung jalan dengan mata keyakinan (ainul yakin). Syurga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai sedangkan neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang disukai. Saat jalan hidup yang kita lalui dipenuhi oleh onak duri kesusahan, maka teruskanlah melangkah dengan ikhlas dan lapang. Insya Allah kemudahan dan kebahagiaan akan menunggu kita di ujung jalan hidup ini
Saat jalan hidup yang kita lalui bertabur bunga dan wangi kesenangan, maka teruslah melangkah dan menginjak bunga-bunga dan wangi kesenangan itu. Cara menginjaknya adalah dengan berbagi, semakin sering berbagi akan menebar wangi.Siapa saja yang mau berbagi bunga dan wangi kesenangan hidup, insya Allah, bunga dan wangi hidup hakiki akan menunggu kita diujung hidup ini. Dalam hidup ini jika berusaha mencari bunga dan wangi kesenangan hidup adalah untuk berbagi bukan untuk dinikmati sendiri. Selalu ada perbaikan niat. Untuk apa? Niat yang baik adalah untuk akhirat.

Rabu, 11 Agustus 2010

Apapun Masalahnya Al-Quran Solusinya

Apapun Masalahnya Al-Quran Solusinya

Seiring tahun baru, perputaran matahari yang terus bergerak sesuai kehendakNYA memberi terang benderang bumi pada siang hari, teknologi pun terus maju. Ketika kita tidak bisa mengikutinya kadang membuat pikiran kita tidak terang, menyikapinya perlu dengan hati tenang, boleh jadi teknologi kita perlu diganti. Permasalahan yang menyelimuti bumi perlu dicari.

Pada prinsipnya, prinsip seorang muslim, apapun permasalahannya Al Quran solusinya. Dengan memegang prinsip ini takkan membuat diri kita drop, lemah, lesu, putus asa bahkan hingga bunuh diri ketika menghadapi masalah. Hanya saja kadang kita merasa tidak menemukan solusinya di dalam Al Quran. Jika ini terjadi mungkin karena kita tidak memahami permasalahan itu.

Banyak orang menganggap punya permasalahan padahal itu bukan permasalahannya. Di sisi lain ada yang tidak mempermasalahkan bahwa itu adalah masalah. Tidak punya uang? Masalah? Ada permasalahan yang tidak perlu dipermasalahkan jadi bisa diabaikan saja. Lawan Jenis? Permasalahan? Permasalahan itu akan berlarut jika dipikirkan terus apalagi jika pikirannya sangat jauh antara idealisme dengan realitas. Kita harus memahami mana yang perlu dipersoalkan dan mana yang tidak perlu dipersoalkan.

Ada 3 permasalahan yang harus dipermasalahkan. Diluar 3 masalah ini, mempermasalahkannya hanya akan menghabiskan potensi dan energi sia-sia. Permasalahan itu adalah permasalahan yang harus kita selesaikan sebelum hidup berakhir.

1. Belum tertunaikannya yang wajib dan yang sunnah dalam hidup kita. Misalnya shalat kita belum sempurna dalam pelaksanaannya baik yang wajib maupun yang sunnah, masih menunda-nunda waktu shalat, mungkin juga tidak khusyu dalam shalatnya. Baca Qurannya? Bagaimana menutup aurot kita?

2. Belum tersifatinya diri kita dengan sifat-sifat ahli syurga. Misalnya belum bisa memaafkan kesalahan orang, belum bisa sabar, belum taqwa, belum banyak berinfak baik saat kaya maupun saat miskin, dan masih belum yakin terhadap jaminan dan janji Allah SWT.

3. Belum berlabuhnya bahtera kerinduan dan kesenangan kita dilabuhan ibadah dan amal shalih. Terkadang kita masih menganggap ibadah sebagai beban sehingga kita berat untuk melaksanakannya. Dikatakan rindu dan senang beribadah adalah ketika melakukan ibadah dia tidak menghentikannya kecuali ada amal lain yang lebih tinggi nilainya di sisi Allah SWT.

Permasalahan kita hanya tiga persoalan tersebut diatas. Kalau tiga permasalahan itu selesai, selesailah semua permasalahan yang lain. Tiga permasalahan itu solusinya ada di dalam Al Quran. Ada doa yang Rasulullah SAW ajarkan pada Abdullah Ibnu Mas’ud:” Ya Allah, jadikanlah Al QuranMu yang agung menjadi musim bunga hati kami, penerang jiwa kami, pelipur letih lelah kami, penghilang gundah gulana kami, juga penuntun kami menuju Syurga-Mu, Syurga Jannatunna’im”.

Bahasa doa sifatnya pasti, kalam doa nilainya lebih tinggi. Namun kenapa kita baca Al Quran kadang tidak memperolah cahaya/petunjuk? Kenapa tidak jadi musim bunga dihati kita? Kenapa hadits doa tersebut belum menjadi kenyataan sehari-hari?

Al Quran sebagai petunjuk manusia bersifat cahaya sebagaimana cahaya matahari, cahaya tak pernah pilih kasih. Cahaya Al Quran juga tak pilih kasih memberi efek cahaya. Begitu pula Al Quran bisa memberi efek keindahan laksana taman bunga bagi semua orang. Namun tak semua orang bisa merasakan efeknya. Kenapa? Kalau orang memasuki taman bunga tidak bisa melihat keindahannya boleh jadi karena menutup mata. Kalau siang hari tak terkena cahaya matahari mesti introspeksi, boleh jadi kita tertutup pada naungan. Bersembunyi dalam gua misalnya atau berlindung dibawah atap. Ini ibarat ada yang menutupi hati kita.

Ada empat macam manusia dihadapan Al Quran:

1. Orang yang cahaya Al Qurannya diselimuti kabut tebal “amarah”/kebencian. Ini membuat petunjuk Al Quran itu tidak bisa menyingkap gelapnya kabut “amarah” yang menyelimuti. Dalam perjalanan hidup karena berebut kepentingan akhirnya menjadikan adanya kebencian antar sesama manusia. Dalam Al Quran surat al Hujurat ayat 10, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara”. Menghayati ayat tersebut mestinya kita menganggap orang lain sebagai saudara kita sehingga tidak perlu berebut kepentingan, berbagi secara adil.

2. Orang yang cahaya Al Qurannya tertutup dengan “syahwat”/keinginan dunia. Syahwat dunia adalah segala keinginan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati. Misalnya keinginan untuk nge -game apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton sinetron apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton bola apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Berinfak apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati?. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 92 Allah SWT berfirman: “Kalian semua tidak akan masuk syurga sehingga kalian menginfakkan apa yang kalian sukai”. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa kita tidak akan masuk syurga sehingga kita merelakan keinginan-keinginan yang bersifat duniawi. Menyukai segala hal yang perlu disukai memang boleh tapi tidak perlu berlebihan sehingga melupakan kenikmatan yang abadi.

3. Orang yang cahaya Al Qurannya tidak terhalang oleh amarah maupun syahwat. Ada kisah tentang seorang guru dan murid-muridnya yang bisa diambil pelajaran. Guru meminta murid-murid untuk mengingat-ingat siapa saja orang yang tidak disukainya dalam hidupnya selama ini. Murid murid diminta menuliskan setiap orang yang dibencinya pada sebuah kentang. Semakin banyak jumlah orang yang dibenci, semakin banyak pula kentang yang harus dikumpulkan. Ada yang memiliki jumlah kentang yang sedikit ada pula yang memiliki jumlah kentang yang banyak sehingga harus dimasukkan dalam karung sesuai jumlah orang yang dibencinya. Selanjutnya kentang-kentang itu harus mereka bawa kemanapun pergi. Bagi yang membawa kentang yang banyak mereka sangat merasa kesusahan ketika harus membawa kemanapun pergi meski hanya sehari. Sang guru memberi pelajaran kepada murid-muridnya bahwa ketika dalam diri kita masih menyimpan banyak amarah akan membebani perjalanan hidup kita sedang jika tak ada amarah maka tentunya akan ringan dalam berjalan.

4. Orang yang cahaya Al Qurannya tembus ke dalam hati. Nabi dan para sahabatnya menjadi teladan dalam hal ini. Ketika ayat berupa perintah dan larangan turun ke bumi, mereka merespon secepat kilat segera melaksanakan, taat pada anjuran Al Quran. Mereka sangat meyakini Al Quran.

Sebagian besar umat Islam masih masuk golongan yang pertama atau kedua lalu bagaimana supaya bisa masuk yang ketiga atau keempat atau minimal harus ketiga jika tidak mampu yang keempat? Dalam Al Quran surat Ya sin ayat kedua Allah SWT berfirman: “ Demi Al Quran yang penuh hikmah”. Al Quran banyak mengandung hikmah. Apa itu hikmah?. Hikmah adalah kebaikan yang tersimpan dibalik segala yang ada di semesta.

Untuk memahami kebaikan alam semesta ini perlu mengetahui hikmahnya. Artinya alam semesta ini tidak cukup bisa dipahami dengan ilmu saja. Ilmu kita tak mampu menjangkau seluruh alam semesta karena keterbatasan indera dan akal kita sehingga kita memerlukan petunjuk berupa hikmah yang terkandung dalam Al Quran. Hikmah itu sendiri adalah segala hal yang tidak bisa dipahami oleh akal, hanya bisa dipahami oleh hati. Hikmah dapat kita rengkuh dengan menyibak nafsu kebencian dan syahwat yang selama ini menyelimuti hati kita. Tabir nafsu hanya bisa kita sibak dengan kita melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang diingini oleh nafsu. Misalnya ada keinginan untuk nge-game lawan dengan milih baca buku atau materi-materi penting. Ingin nonton sinetron lawan dengan mencoba buat naskah sinetron sendiri yang bermutu dan lain sebagainya. Jika kita bisa membuka selimut hati maka segala hikmah akan mudah terbaca. Wallahu a’lam.