Rabu, 27 Oktober 2010

Mengatasi Kefuturan

Mengatasi Kefuturan

Futur adalah malas setelah giat, teratur menjadi kacau.. Indikasi kefuturan/kekufuran/mendustakan agama:
  1. Membiarkan anak yatim (tidak berayah/ anak yang tidak diperhatikan orangtuanya)
  2. Tidak mengajak orang lain untuk memberi makan fakir miskin (Dakwah wajib sampai akhir zaman)
  3. Lalai shalat,
Shalat tertolak kalau:
• Lalai waktu, gerakan dan tempat tidak sesuai sunnah Rasul
• Riya/tidak ikhlas
• Enggan tolong menolong (Dalam Al Quran surat Annisa ayat 36-37 dapat disimpulkan bahwa manusia bisa disebut kafir jika meninggalkan Islam dan dakwah/ setelah shalat enggan tolong menolong: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim], dan teman sejawat, ibnu sabil[Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir[. Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah] siksa yang menghinakan)
Dakwah dilakukan dengan lisan, tulisan, tangan dan hati. Jika semuanya tidak dilakukan maka disebut kufur, tidak ada keimanan. Jika dalam organisasi dakwah tak ada koordinasi hingga langkah-langkah konkrit, dakwah dalam hati saja, itu disebut lemah iman.Tidak ada pilihan lain, selain iman, beramal shalih dan dakwah. Iman bisa ditolak landasannya Al Quran surat Al Baqarah ayat 8 (Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman) dan Al Hujuraat 14 (Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."). Iman dan islam itu berbeda dan semua nikmat ini akan ditanya untuk menguji manusia.
Agar futur tak terus menerus perlu memperhatikan syarat diterimanya amal yakni:
  1. Ikhlas
  2. Sesuai contoh Rasul
  3. Syumuliyah/Total. Takbir (mengagungkan Allah) didalam dan diluar sholat. Masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (Al Baqarah 208 : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. dan Annisa 150-151: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.)
  4. Jihad dan sabar bantuan Allah dekat.
  5. Keteraturan dalam jamaah (Ash Shaff ayat 4: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh): Barisan takamul, taawun, komitmen dan loyalitas.
  6. Beres (ada pemimpin yang adil dan bijaksana, ada yang dipimpin yang punya loyalitas, dan ada musyawarah (sampaikan kritikan dengan santun dan tidak sombong))
  7. Kesinambungan, Istiqomah sehingga mati dalam keadaan Islam/Khusnul khotimah.

Note: Catatan kajian Keluarga Muslim Ilmu Pendidikan

Senin, 25 Oktober 2010

Berguru pada Ustadz Tebu

Berguru pada Ustadz Tebu

“Ya Alloh kuatkanlah kami menghadapi kerasnya kehidupan ini, namun lembutkanlah hati kami agar kami selalu memberikan manfaat terbaik untuk sesama”

Lihatlah ustadz tebu, ia menghadapi kehidupan yang keras namun tetap lembut memberi manfaat. Keras kehidupannya tapi tawadhu’nya luar biasa. Ustadz tebu telah berhasil menikahkan “Infa”dan”Intifa” dengan bahagia dipelaminan hidup kita. Bagaimana agar hidup bahagia kita bisa belajar dari ustadz tebu ini.

Infa’ ibarat pohon kelapa ia berarti memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi yang lain. Contohnya Rasulullah Saw dalam seluruh kehidupannya, Usman bin Affan sebagai pedagang yang dermawan, dan Umar dengan pedangnya yang ketika jahiliyahnya dibuat untuk kejahatan ketika masuk Islam ia gunakan pedangnya untuk membela Islam. Sabda Rasulullah Saw, “Sebaik-baik manusia ialah yang paling memberi manfaat untuk sesamanya”.

Intifa’ artinya mengambil dan menerima manfaat dari yang lain. Contohnya adalah Apel. Apel menerima makanan dari pohon sehingga tumbuh buah apel yang akhirnya dimakan manusia. Maka intifa’ kita yang sesungguhnya adalah infa’ kita pada yang lain.( Infa’=memberi, Intifa’=menerima). Ketika kita mampu memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya pada orang lain justru kita sendiri yang akan merasakan banyak manfaatnya. Infa’(memberi) yang tiada batas kepada yang lain akan membuat hidup ini terasa manis semanis gula.

Gula, umumnya terbuat dari tebu, meski ada gula jawa yang bersumber dari pohon kelapa. Sejak SD pengetahuan tentang manfaat pohon kelapa telah diajarkan lewat pramuka namun mengenai pohon tebu kurang dipelajari seolah-olah hanya pohon kelapa saja yang bermanfaat padahal semua ciptaan Allah bermanfaat hanya saja kadar kemanfaatannya berbeda-beda. Pada kesempatan ini kita bisa berguru pada pohon tebu, bolehlah kita sebut ustadz tebu.

Pohon tebu dengan keunggulannya yang memberi manfaat bagi manusia memiliki kharakteristik yang unik yang bisa dipelajari dan diteladani layaknya ustadz. Adapun kharakteristik pohon tebu adalah sebagai berikut:

1. Memilih tumbuh dan berkembang di alam pedalaman. Pohon tebu tidak pernah berharap hidup dalam gelimang fasilitas yang melimpah. (Mudah tumbuh tak perlu perawatan ekstra seperti pohon lainnya).

2. Pohon tebu adalah pohon yang menyederhanakan penampilan fisiknya namun ia berjuang sangat keras untuk memiliki isi yang jauh diatas penampilan fisiknya. (Lihatlah fisiknya sederhana namun isinya luar biasa manfaat manisnya).

3. Pohon tebu teruji dan tahan uji menghadapi berbagai ujian yang dijumpai dalam hidup ini.( Jika ditebang, ambruk tertiup angin atau terbawa arus banjir, ia akan masih tetap bisa tumbuh, tak mudah putus asa maupun putus harapan). Dalam hal ini tebu mengajari kita agar melakukan infa’ secara kreatif dan inovatif (selalu ada hal baru yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun).

Andai kita ingin belajar banyak tentang hakekat Infa’ bergurulah pada tebu. Dia rela dirinya diperas dan dia tulus meneteskan satu demi satu saripati hasil perjuangannya selama ini, setelah itu ia tidak peduli dimanapun ia akan ditempatkan.

Pohon tebu juga memiliki ruas ruas bertingkat semakin tua ruas semakin manis rasanya, ini adalah pelajaran tentang merencanakan hidup bukan sekedar khayalan hidup. Rencana beda dengan khayalan karena rencana adalah khayalan yang bertanggal. Sosok tebu mengajarkan kepada kita agar hidup secara terencana lewat tahapan yang dirancang secara nyata dan pasti dimana setiap tahapan selalu mematangkan tahap sebelumnya tidak malah menghancurkannya. Kadang, manusia hari ininya tidak mematangkan hari kemarin. Sebagaimana shalat, ia mengajak kita untuk mematangkan hidup sehingga semakin hari semakin baik sehingga lezat hidup karena tertata dan terencana dengan baik.

(Catatan tambahan: Bagaimana bila gagal? Gagal untuk hal yang besar tak ada ruginya. Rancanglah kegagalan yang besar dan jadikanlah kegagalan itu punya nilai dihadapan Alloh. Kadang kala kita meremehkan potensi diri padahal banyak potensi diri. Karena kita terlalu sering meremehkan potensi diri, kita jadi mudah meremehkan potensi orang lain pula. Berjuang dan berkorbanlah seperti pohon tebu bukan seperti lilin. Terencana bukan nekad).

Catatan Kajian Jelajah Hati suatu sore di Darush Shalihat

Tips Bahagia Dunia dan Akhirat

Tips Bahagia Dunia dan Akhirat (Afra Kultum)

  1. Berfikir dan bersyukurlah.”Tak kan sanggup kita menghitung nikmat Allah”
  2. Yang lalu biarlah berlalu. Nestapa masa lalu sebaiknya dilupakan karena bisa membunuh semangat dan mengusir masa depan.
  3. Hari ini milik Anda. Jika datang pagi jangan tunggu waktu sore (untuk beramal). Umur kita anggap hari ini saja sehingga tak sia-siakan waktu.
  4. Biarkan masa depan datang sendiri.”Telah pasti datang kepastian dari Allah”
  5. Menghadapi kritikan pedas. Jika mendapat kritikan pedas kuatkan jiwa laksana batu yang dihujani salju.
  6. Jangan mengharap ucapan terima kasih dari manusia harapkanlah Allah.
  7. Berbuat baik kepada orang lain akan membuat lapang dada. Perbuatan baik laksana wewangian seperti juga ramuan obat yang manjur.
  8. Isi waktu luang dengan beramal. Penganggur hanya akan menjadi penebar gosip yang tidak bermanfaat dan rela berada bersama orang yang tidak berperang (malas berjuang), cemas terhadap masa depan dan masa lalu. Membiarkan nganggur sama dengan bunuh diri dan merusak tubuh seperti narkoba.

Bukan Taubat Sambal

Tiadalah Al Quran diturunkan untuk memberatkan kita. Namun ia menjadi tadzkiroh/peringatan bagi orang yang memiliki rasa takut. Rasa takut adalah wujud kesadaran kepada Allah bahwa kita hanyalah seorang hamba. Di dunia ini banyak orang yang tidak merasa sebagai hamba sehingga tidak takut kepada Allah dan kehilangan sifat-sifat mulia.

Kesadaran akan bertambah jika mengalami kejadian/peristiwa ayat-ayat Allah tidak hanya tertulis di Al Quran. Segala peristiwa adalah tangga-tangga menuju kesadaran. Kesadaran itu penting. Bangun saja belum tentu sadar dan yang kita butuhkan adalah bangun dan sadar. Bangun tidur mata kepala bisa terbuka namun mata hati bisa saja masih tertutup. Bangun seperti ini tidak bisa membawa kita menaiki tangga menuju kesadaran.

Pernahkah melihat video seekor kangguru naik sepeda? Ternyata bisa. Pernahkah melihat pembawa batu bata menumpuk batu bata dalam jumlah sangat banyak di atas kepalanya? Ternyata mampu. Melihat hal-hal yang luar biasa bisa membuka kesadaran kita.

Ada 4 sentuhan kesadaran yang bisa kita rasakan dalam menghadapi peristiwa;

  1. Kesadaran untuk syukur.
  2. Kesadaran bahwa “Keahlian” adalah ketekunan yang dibiasakan. (Anda bisa jadi ahli Al Quran)
  3. Kesadaran untuk menganggap biasa segala hal yang memang biasa.
  4. Kesadaran untuk menganggap luar biasa segala hal yang memang luar biasa.

Jika hal biasa kita anggap luar biasa maka dapat dianggap kita tak sadar. Misal tiba-tiba mati listrik kemudian ada yang marah-marah kita sikapi biasa saja. Jika kita ikut-ikutan marah maka kita termasuk orang yang tidak sadar. Biasa adalah segala sesuatu yang tidak menimbulkan pengaruh dan akibat apapun untuk hidup sesudah mati. Sedangkan luar biasa adalah segala sesuatu yang menimbulkan pengaruh dan akibat untuk hidup sesudah mati.

Dalam perjalanan hidup ini perlu hati-hati jangan sampai jatuh. Temukan perjalanan menuju kesadaran melalui Makrifatunnafs/pengenalan diri. Pengenalan diri akan membuat seseorang mengenali kelemahan diri juga dosa dan kebiasaan buruk diri seperti kurang ilmu, kurang kesungguhan, kurang semangat dan sebagainya. Hal ini harus disadari. Setelah mengenali semua itu yang perlu kita lakukan adalah taubat.

Taubat amat sangat dibutuhkan agar setiap pohon kebaikan yang kita sirami bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Hati akan berkembang dengan baik dengan cara taubat. Satu pohon yang akan kita tumbuhkan misal pohon tawadhu’ tidak tumbuh dari hati yang penuh dosa atau laksana lahan kotor. Jika hati bersih, pohon tawadhu’ akan melahirkan ikhlas, qanaah dan sifat-sifat baik lainnya. Setiap kali menampakkan kebaikan akan muncul benih-benih kebaikan yang lain. Itulah keberkahan. Siapa yang tawadhu’ akan merasakan lezatnya beribadah. Jika sudah merasa ikhlas tapi belum qanaah berarti belum sampai pada kebaikan dan keberkahan. Keberkahan adalah satu kebaikan yang akan melahirkan kebaikan yang lain. Misal Ilmu mendorong shalat dan shalat semakin mudah ilmunya.

Pohon tawadhu’ akan tumbuh menebar keindahan diatas hati yang bersih dari kotoran dan segala penyakit. Untuk bersihkan hati dari segala kotoran dapat dilakukan dengan taubat. Taubat berarti memohon ampun kepada Allah atas semua salah dan dosa yang sudah diperbuat. Taubat berarti kembali ke jalan yang benar (bukan tobat sambel), kembali dari sikap yang menyalahi menuju sikap yang sesuai (dengan keinginan Allah dan RasulNya). Taubat yang sesungguhnya akan membuat fitrah kita bening.

Dosa adalah segala perbuatan manusia yang menimbulkan noktah hitam di dalam hati. Hati yang hitam akan sulit menapaki hidup dalam kesadaran sebagaimana petunjuk Al Baqarah ayat 171:”…. Mereka bisu, tuli, buta (akibatnya) mereka tidak berpikir..”. Dengan taubat diharapkan hati kita cemerlang penuh cahaya.

Syarat Taubat;

  1. I’tiraf :mengakui dosa dan salah yang diperbuat (Al Anbiya:87). Pengakuan terhadap dosa ada 4 tingkatan:

- Mengakui salah dan dosa yang nampak

- Mengakui salah dan dosa yang tidak nampak

- Mengakui segala salah yang tidak termasuk dosa. (misal suka masbuk shalatnya)

- Mengakui lalai dari mengingat Allah

  1. An Nadm :menyesali dosa dan salah yang diperbuat (Al A’raf 23)
  2. Al Azm :bertekad untuk tidak mengulangi dosa dan salah yang pernah diperbuat
  3. As Sighat :mengucapkan kalimat yang menunjukkan permohonan ampun atas semua dosa dan salah yang diperbuat. “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan aku bertaubat kepadaNya”. Saat beristighfar ingatlah dosa yang diperbuat.
  4. Arridha bil iqab:rela dihukum.

Taubat kita lakukan karena kita ingin selamat di dunia dan akhirat. Untuk menjaga kesadaran ini perlu banyak-banyak mengingat mati.

Ingat mati berarti mengingat perjumpaan kita dengan Sang Pencipta. Mengingat saat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang kita lakukan dibuminya Allah dan saat dimana kita merasakan cinta dari Yang Maha Mencintai, merasakan keadilan dari Yang Maha Adil.(Ya Allah betapa aku rindu berjumpa dengan Mu) dan memang seharusnya seorang hamba merindukan mati.

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

Cukuplah kematian sebagai nasihat (HR Thabrani). Sudah siapkah kita diantar ke kubur?
Tidak cukup dengan amal biasa.

Apakah sabar kita sudah sampai pada sabar yang luar biasa?
Luar biasa adalah jika kejelekan dibalas kebaikan. Orang-orang yang memusuhi kita kita perlakukan dengan seperti kawan dekat.

Karena hidup pasti berakhir kematian maka sungguh panjang pendek usia tiada beda. Ya Allah jika usia yang panjang baik untuk dunia dan akhirat saya maka panjangkanlah usia, namun jika panjang usia itu buruk untuk dunia dan akhirat saya maka…”

Miskin kayapun tiada beda. Makan sate dan tempepun akhirnya sama. Cantik jelekpun tiada beda. Beda statuspun tiada beda. Yang membedakan hanyalah amal manusia (Al Hujurat 13).

Jadikan orientasi kita adalah AMAL bukan KESENANGAN. Kalau orientasi kita kesenangan, maka kesenangan itu tidak akan lama. Dengan uang kita bisa membuka pintu kesenangan tapi tidak bisa membuka pintu syurga. Pintu syurga dapat dibuka dengan uang yang bersih dari digunakan untuk membuka pintu-pintu kesenangan.

Setiap amal baik kita di dunia ini di alam kubur nanti akan berubah menjadi cahaya dan taman bunga yang sangat indah menawan lagi menyejukkan. (Renungkan bahwa ternyata kita belum sepenuhnya menjadi orang yang baik).

Baik dalam sebagian berarti baik dalam keseluruhan. Jika ada sabar pasti ada ikhlas, qanaah, zuhud dan tawadhu’. Semua kebaikan itu berada dalam ruang yang sama bernama IMAN. Saat kita berada dalam satu “ruang” kebaikan maka kita pasti akan bertemu dengan semua kebaikan yang ada didalamnya.

“Apakah kamu mengimani sebagian isi Al Quran dan mengingkari sebagian yang lain” (Q.s Al Baqarah:85). Ada kisah dijaman sahabat mengenai seorang wanita yang senantiasa melaksanakan shalat dan zakat tapi suka menyakiti tetangganya, maka Rasulullah SAW mengatakan bahwa ia masuk neraka. Artinya jika kita beriman, maka kita harus beriman pada seluruh ayatNya tak hanya pilih-pilih. Kita tak boleh hanya memilih melaksanakan perintah shalat dan zakat tapi meninggalkan perintah untuk memuliakan tetangga. “Iman dan kebakhilan tidak akan bersatu dihati seorang mukmin untuk selamanya”(H.r Hakim).

Ada yang salah/tak ada yang salah dalam keyakinan kita terhadap kematian? Iman terhadap akhirat?

Siapa yang mensikapi satu masalah dengan baik, maka akan baik pulalah ia mensikapi masalah yang lain. Siapa yang memahami kematian dengan baik, akan baik pulalah pemahaman dirinya tentang hidup.


Butuh KESADARAN!

MAUT adalah tamu terakhir dalam hidup kita. Setiap hari kita kedatangan tamu, mungkin itu keluarga, kolega atau kawan biasa. Suatu hari kita akan didatangi tamu terakhir dalam hidup kita. Dia datang tak disangka-sangka. Siapkah kita?. Kedatangan tamu terakhir ini dirasakan oleh semua orang lewat hadirnya SAKARATUL MAUT. Sebagian orang merasa SEDIH menghadapinya, namun sebagian juga merasa BAHAGIA. Sedih akan terasa bila seseorang masih dibelenggu oleh syahwat (keinginan-keinginan duniawinya) sedang bahagia akan didapat oleh orang yang senantiasa menjaga kesadaran sebagaimana petunjuk surat Ali Imran:185. Ada 2 kesadaran yang perlu dijaga, yakni;
1. Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati (terjaga kesadaran ini dalam situasi dan kondisi apapun).
2. Dan tiadalah kehidupan didunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.