Sabtu, 18 Desember 2010

Bahagia, Takdir dan Fitnah Zaman

Bahagia, Takdir dan Fitnah Zaman

Bahagia adalah ridha terhadap semua yang telah Allah takdirkan kepada kita sedangkan hidup berarti menapaki garis takdir yang telah terukir sejak sebelum lahir. Hidup adalah kuasa Allah untuk kita menapaki dengan ikhlas dan ridha. Karena jalan hidup ini hanya satu maka tidaklah pantas bagi kita melewatinya dengan keluh kesah, menggerutu, tidak rela dan tidak senang. Kewajiban kita hanyalah berusaha sedangkan hasilnya terserah pada Allah.

Semua takdir Allah adalah kebaikan Allah untuk kita, tidak maksud Allah membuat kita menderita. Keburukan yang kita rasakan dari balik takdir hanyalah akibat kita salah menyikapinya. Takdir baik jika salah menyikapinya akan menjadi takdir buruk dan sebaliknya. Misal takdir sakit akan menjadi peluang dekat dengan Allah. Takdir sehat menjadi peluang jauh dari Allah, jika tidak digunakan untuk berbuat baik. Contoh lain takdir miskin. Orang mungkin bertanya: “Kenapa Allah membuatku miskin?” ternyata dibalik kemiskinan ada kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah, mendapat hamparan jalan menuju syurga (tiket masuk syurga), dan diringankan hisabnya. Namun jika ditakdirkan kaya janganlah salah menyikapinya sehingga mengakibatkan tidak masuk syurga.

Kalam hikmah;

Andai hidup adalah air, maka biarkan ia mengalir menyelusuri garis takdir yang sudah terukir sejak kita belum lahir. Keikhlasan untuk terus mengalir dalam semilir dzikir, fikir, dan syakir akan mengantarkan kita sampai ke haribaan Al Qadir.

Ridhalah terhadap semua yang Allah berikan untukmu dan sabarlah pada benturan pertama. Takdir kita sekarang adalah hidup dimasa yang penun fitnah. Dalam zaman fitnah ini adalah kesempatan untuk meraih syurga tertinggi dengan mensikapinya dengan sikap yang baik. Bagaimanakah caranya agar kita terus mengalir semilir dzikir, fikir, dan syakir dalam zaman fitnah ini?

Bayangkanlah..kita menempuh perjalanan ke satu tempat ditemani dua orang yang pendapatnya tentang arah dan tujuan selalu berbeda, apa yang akan terjadi? Kita akan jadi bingung dan pusing dengan ajakan keduanya. Begitulah hidup, betapa seringnya kita dibuat bingung dan pusing oleh teman perjalanan yang akan selalu menemani hidup kita, yaitu hati dan nafsu. Di zaman yang penuh fitnah ini kita merasakan betapa kerasnya “pukulan” bisikan nafsu yang seringkali membuat kita tidak bisa mendengar bisikan hati. Fitnah zaman ini bagai petinju, dibutuhkan sesekali pukulan untuk memberi kekuatan bagi petinju. Jika petinju tak pernah merasakan sakitnya pukulan, sekali terpukul akan langsung ambruk. Bolehlah kita terpukul asal jangan sampai terjerumus kedalam dosa besar sehingga membuat hati kita mati. Di dalam keadaan dzikir, fikir dan syakir sesekali mungkin tergoda seterusnya tidak.

Ada sebuah kisah menarik. Dalam masa thabiin ada imam masjid bernama Ubaydillah Ibnu Amr. Tetangga masjid ada keluarga yang terdiri seorang isteri yang cantik tapi kurang menjaga kehormatannya begitupula suaminya. Suatu hari sang perempuan tersebut berkata pada suaminya.” Wahai suamiku akulah perempuan tercantik dan tak seorangpun yang tak tergoda olehku”kata sang isteri. Sang suami menjawab,” Ada laki-laki yang takkan tergoda olehmu, yaitu sang imam masjid, Ubaydillah bin Amr”. Sang isteri berkata, “Kalau begitu ijinkanlah aku untuk mencoba menggodanya”. Sang suami berkata,”Ya silahkan saja”. Setelah waktu yang ditentukan tiba perempuan cantik tersebut menghadang sang imam masjid dijalan. Perempuan itu berkata” Wahai Ubaydillah aku ada keperluan denganmu”.Ubaydillah bertanya, “ Ada apa?”. Perempuan itu berkata,”Aku ingin berzina denganmu”. Ubaydillah kaget tetapi tidak langsung marah. Dia berpikir sejenak kemudian berkata,” Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu, namun sebelumnya engkau harus menjawab empat pertanyaanku”. Perempuan tersebut menjawab, “ya”. Ubaydillah bertanya, “Pertama :Seandainya saya lakukan apa yang engkau inginkan kemudian malaikat maut datang menjemput, apakah kau tetap mau melakukan hal tersebut?, Kedua: Jika kita masuk neraka akibat perbuatan tersebut apakah kau suka untuk terus melakukannya? Ketiga: Apabila sudah diberitahukan syurga kepada kita kemudian ditutup dan dibukakan pintu neraka pada kita, akankah kita tetap akan melakukannya? Keempat…”.”Cukup”, kata perempuan tersebut. Ia menambahkan, “Saya bertaubat”.

Demikianlah contoh kisah yang bisa diambil hikmahnya. Bahwa sang imam masjidpun mendapat godaan yang cukup telak. Namun sang imam masjid bagai petinju yang terus menyerang. Tidak pasrah terhadap fitnah yang ada. Mengaca dari kisah tersebut, ada hikmah dibalik fitnah zaman. Hikmahnya adalah diperlukannya Jihadun Nafs yaitu kemampuan menahan diri dan juga diperlukannya Istiqomah yaitu ketika digoda tak tergoda. Bukti istiqomah adalah ketika setelah diuji tetap istiqomah contohnya dipesantren istiqomah, diluar pesantren tetap istiqomah. Juga diperlukan tawazun atau keseimbangan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar