Minggu, 12 Desember 2010

Hidup Harus Selesai Sebelum Ia Berakhir II

Hidup Harus Selesai Sebelum Ia Berakhir II

Sebelum ajal merenggut kita menyerah pasrah kepada Allah SWT (Ali Imran:102). Ciri menyerah dan pasrah kepada Allah adalah:

  1. Ridha, yakni dengan selalu berprasangka baik kepada Allah dengan semua peristiwa yang dialami (Allah bertujuan baik kepada saya).
  2. Berusaha mencari, menemukan dan mengambil hikmah.
  3. Setiap peristiwa apapun yang dialami dijadikannya jalan menuju syurga. Caranya adalah dengan sabar jika hadapi musibah. Mulut bisa mengantar ke syurga, mata bisa mengantar ke syurga, blm punya suami juga bisa mengantar ke syurga asal bisa menyikapi. Jalan ke syurga bisa ditemui setiap waktu dan setiap saat. Hidup adalah pergumulan menghadapi peristiwa-peristiwa. Lihat sampah, lihat sandal miring bisa jadi jalan ke syurga. Namun untuk bisa seperti ini tidak semua orang bisa. Misal sakit gigi tak banyak orang yang bisa bertahan untuk tidak mengeluh.

Jika belum memiliki ciri tiga diatas maka ibaratnya ketinggalan kereta, berlari tidak mungkin sampai (bisa jadi dikarenakan masih menyimpan dengki kepada orang lain). Perjalanan orang shalih menuju ridha Allah adalah menyenangkan misalnya baca quran, dzikir dan shalatnya merasa nikmat. Lain halnya dengan perjalanan orang yang ga shalih. Orang yang ga shalih perjalanannya kurang menyenangkan, yakni ibadah tidak nikmat karena banyak patok-patok rintangan yang menghalangi. Misalnya shalat tidak merasa nikmat. “Barangsiapa yang shalatnya tidak bisa mencegah perbuatan keji dan munkar, maka hanya menjauhkan diri dari Allah”.Oleh karena itu kita perlu mempelajari apa saja rintangan yang menghalangi ibadah kita agar bisa menghadapi dan membuat ibadah kita terasa nikmat dan kepada Allah semakin mendekat. Pengetahuan tentang rintangan kehidupan perlu karena samudera kehidupan tidak jelas/samar kelihatan rintangannya.

Menurut Ali bin Abi Thalib ra ada 5 hal yang menjadikan orang tidak bisa dekat dengan Allah. Lima hal itu adalah; qanaah terhadap jahiliyyah, rakus terhadap dunia, kikir dengan kelebihan rezeki, masih menyimpan riya dalam amal, dan kagum terhadap pendapatnya sendiri.

  1. Qanaah terhadap jahiliyyah/Puas dengan kebodohan. Hal ini bagai seorang masinis yang tidak tahu kemana harus menuju. Ada yang puas dengan kebodohan tetapi tidak merasa. Adapun ciri-cirinya adalah :

· Malas datang ke majlis taklim

· Lebih senang membeli barang daripada membeli buku

· Lebih suka jalan-jalan cari hiburan daripada silaturahim ke alim ulama. (Usai akad nikah lebih baik silaturahim ke alim ulama)

Akibat Qanaah terhadap kebodohan

· Hidup berlumur kotoran

· Senang dengan yang kotor

· Emosional/mudah stress

· Mudah dibuai oleh syahwat duniawi (berbuat semata-mata karena ingin bukan karena perlu). Kalau Imam Ahmad bin Hambal kebutuhan ilmu lebih banyak daripada makan minum. Terbanyak ilmu adalah sebanyak nafas kita, artinya setiap menarik oksigen ada ilmu yang masuk.

· Menjadi objek penderita dari segala peristiwa yang menimpa karena bukan menjadi subjek. Misal ada nikmat harta kemudian hidup dikendalikan harta, jadi objek dikendalikan oleh uang.

  1. Rakus terhadap (kesenangan) dunia

Rakus terhadap dunia akan membuat pandangan hati manusia tertutup dari merasakan indahnya alam akhirat (membuat malas shalat, berqurban, berjuang dan berjihad). Kalam hikmah mengatakan “Barangsiapa berfikir sederhana tentang dunia, maka ia akan memiliki kesempatan yang cukup untuk menyelami, menemukan dan merasakan indahnya samudera alam akhirat”. Di sisi lain, manusia yang rakus terhadap dunia akan membuat ia kehilangan sifat hati-hati.

Cukuplah seseorang dikatakan rakus terhadap dunia apabila ia berbuat hanya semata karena ingin bukan karena butuh. Cukuplah seseorang dikatakan butuh dunia ialah seandainya ia tidak mendapatkannya menimbulkan kesulitan. Misalnya makan itu wajib karena butuh sedangkan ngemil itu tidak wajib karena hanya ingin.

  1. Kikir dengan kelebihan Rezeki

Kikir adalah ungkapan hati bahwa segala yang ada pada diri seseorang adalah miliknya sendiri. Sedangkan barangsiapa yang merasa memiliki dunia yang ada berarti dia telah menyatakan diri menjadi budak dunia (merelakan diri dipermainkan dunia). Hal ini menjauhkan dari Allah sehingga membuat susah. Rasa kikir juga akan membuat manusia terbelenggu dengan dunia yang disenanginya. Pikiran dan perasaannya dicengkeram oleh dunia yang merasa dimilikinya itu akibatnya hal ini membuat malas beribadah dan lesu untuk beramal baik.

  1. Masih Menyimpan Riya dalam beramal

Riya dalam beramal adalah beramal bukan karena Allah melainkan agar mendapat pujian, sanjungan, kesenangan dunia, jabatan, kedudukan, jodoh dsb.. Riya akan membuat manusia sibuk memperbaiki penampilan lahirnya bukan penampilan batinnya. Riya akan membuat siapapun sibuk memperbaiki topeng dirinya. Tentu saja boleh memperbaiki topeng, akan tetapi akan lebih baik kalau isinya jauh lebih baik daripada topengnya.

Riya akan membuat manusia melupakan pandangan Allah terhadap dirinya. Sedangkan barangsiapa yang melupakan pandangan Allah terhadap dirinya maka ia seakan memasuki lorong-lorong kehidupan yang gelap. Seharusnya setelah shalat seseorang merasakan pancaran cahaya/gemerlap cahaya bukan gelap. (Jika pintu-pintu kebaikan saja membuat gelap apalagi yang bukan kebaikan?). Ya Allah ampunilah kami.

  1. Merasa Kagum dengan diri sendiri

Bisa jadi benar dan baik tidak ada artinya jika disertai rasa kagum terhadap diri sendiri. Bangga terhadap pendapat sendiri dan tidak menghargai pendapat orang lain adalah biang-biang pertikaian dan perpecahan. Sedang siapapun yang senang bertikai, maka ia akan sibuk mencari kekurangan orang lain dan tenggelam dalam belenggu kelebihan dirinya. Orang yang memiliki kelebihan ilmu harus senantiasa menyadari bahwa semua ilmu yang dimiliki adalah dari Allah sehingga tak ada alasan untuk sombong dan membanggakan diri sendiri. Berdoalah “Maha suci Engkau ya Allah, tiada ilmu yang ada pada diri kami kecuali karunia dari Engkau”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar