Sabtu, 04 Desember 2010

Ilmu

Apa yang Allah inginkan terhadap kita? Untuk mengetahui ini membutuhkan ilmu, baik ilmu dunia berupa sains dan teknologi juga ilmu diniyah berupa ilmu agama. Kedua ilmu itu akan melahirkan energy ta’dhim (Pengakuan akan kebesaran Allah). Energi tadhim ini akan senantiasa membantu kita untuk patuh kepada Allah. Dalam hal ini sebelum pada tingkat pengakuan akan kebesaran Allah seorang insan terlebih dulu perlu mengenal Allah. Selanjutnya bagaimana cara mengenal Allah adalah dengan “melihat” ciptaanNya.

Dalam Al Isro disebutkan bahwa Allah telah memberikan kita semua pendengaran, penglihatan, dan hati dan juga akal. Akal berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara pendengaran, penglihatan dan hati.

Renungan 1 April 2010: Sepenuh akal dapat kita gunakan untuk mempelajari sepenuh langit dan sepenuh bumi. Namun, sepenuh hikmah hanya dapat kita ambil jika kita mau belajar dengan sepenuh hati. Dengan belajar sepenuh akal dan sepenuh hati akan mengantarkan kita sepenuh taat pada sang Illahi.

Selanjutnya bagaimanakah supaya bisa belajar sepenuh akal dan sepenuh hati? Dapat dimulai dengan berfikir dan berdzikir atau membaca dengan nama Allah. Dzikir dalam fikir akan membuat kita bisa menjelajahi apa yang tampak dan apa yang tak tampak. Semakin sering kita berdzikir dalam berfikir atau berfikir dalam dzikir akan membuat kita semakin cerdas secara intelektual maupun spiritual sekaligus. Namun kecerdasan bukanlah tujuan akhir dari proses berfikir dan berdzikir. Berfikir dalam dzikir atau berdzikir dalam fikir tidak boleh berhenti karena puas sudah dianggap cerdas dengan semua hasil karyanya. Kecerdasan adalah sarana untuk tujuan akhir berupa kemaslahatan (kebermanfaatan ilmu). Kecerdasan hanya akan bermakna jika ada kemaslahatan yang lahir darinya. Kemaslahatan dunia dan akhirat dinanti, selamat menjadi cerdas, selamat bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar