Sabtu, 04 Desember 2010

Tafsir Al Quran Surat Nuh

Tafsir Qs Nuh

Qs Nuh termasuk kedalam surat Makiyyah. Kerisalahan Nuh sama dengan kerisalahan Nabi Muhammad. Nabi Nuh termasuk sebagai rasul. Kisah Nuh memiliki pengaruh yang sangat kuat. Tidak ada beda antara nabi yang senior dan yang baru. Banyak cerita tentang Nuh, Jusuf juga, mereka memiliki banyak nilai perjuangan yang tinggi, begitu juga Musa. Idriss dan Ilyass diceritakan sedikit. Allah melebihkan diantara hamba-hambaNYA.

Nilai-nilai perjuangan, dakwah, menegakkan yang hak, melemahkan kebatilan adalah ujian para nabi dan orang-orang shalih. Jika kita berpikir kenapa masalah tak kunjung usai, maka itu salah. Dalam Al Ahqaf.. diperintahkan untuk kita bersabar, bersabar sebagaimana ulul azmi, mereka memiliki azam yang kuat sehingga tidak menghentikan langkahnya. Nabi Nuh diuji dengan isteri dan anaknya membangkang. Ia hidup 1000 tahun dan berdakwah selama 950 tahun, namun meski tak ada pengikut tetap bersabar dalam berdakwah. Mengaca dengan ini, dai yang diuji dengan duniawi kalah, maka sandangan da’I harus dilepas. Contohnya mahasiswa dan mahasiswi diuji dengan pernikahan dengan alasan mencari maisyah keluar dari medan dakwah-termasuk berguguran dari medan dakwah. Muslim dai mujahid murabbi harusnya ketika menikah justeru semakin kuat. Seakan Allah mengatakan “Wahai Nuh, jika engkau bersedih sesungguhnya kaum terdahulu juga diuji. Nuh adalah gambaran besar tarbiyah ruhiyah tentang sulitnya medan dakwah. Al Ahzab 23…. Sekali layar terkembang pantang mundur kebelakang.

Ar-rijal;benar-benar lelaki. Sebagian, bukan semua dari orang beriman adalah pejuang bukan sekadar ucapan. Ketika mengambil pelajaran surat Nuh ada spirit baru “ ruhul jadiid fii jasadil ummah”. Akhir surat Yusuf: sungguh pada cerita nabi terdapat ibrah bagi orang yang Ulil Albab/berakal/cerdas. Membaca sejarah orang yang masih hidup membuat hati kita mati, sedang membaca sejarah orang shalih yang meninggal membuat hati kita hidup. Banyak mayat bergelantungan dimuka bumi, banyak orang hidup tak terlihat. Sejarah itu untuk mengokohkan langkah kita. Jika kita merasa sulit, orang terdahulu lebih sulit dari kita. Sekarang ilmu mudah didapat. Dahulu Abu Dzar Al Ghifari berjalan jauh untuk bertemu Rasul untuk menimba ilmu darinya. Menurut Imam Nawawi Ilmu itu harus didatangi.

Tujuan Allah menutus nabi Nuh terdapat dalam Al Fath 8-9-10. Nabi Muhammad sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan peringatan, nabi Nuh sebagai pemberi peringatan (Terkait sejarah). Sebab sesuatu yang melatarbelakangi Allah mengutus Nabi Nuh: setelah Allah mewafatkan Adam setan tidak tinggal diam, ketika ratusan tahun tidak ada pembimbing kecuali orang-orang Shalih (Suwa, Wada, Yaghut, Yanun) kemudian generasi selanjutnya dan generasi selanjutnya, syetan mendorong manusia malah menyembah orang-orang shalih tersebut bukan menyembah Allah, maka Allah mengutus Nuh untuk memberi peringatan kepada mereka.

Pada nabi Muhammad peringatan itu diungkap sebagai kisah yang baik dan buruk mengingatkan kembali umatnya dan umat Muhamad akan menjadi saksi dan Al Quran inipun akan menjadi saksi atas umat umat terdahulu. Maka ketika manusia keluar dari risalah yang Rasul ajarkan maka azab yang diterima. Diberi peringatan karena sebelumnya tahu tapi kemudian ingkar. Kekufuran yaitu tahu baik tapi tetap tidak dilakukan.

Ibadah-takwa-taat-mengabdi kepada Allah, bekerjalah hanya untuk Allah. Sebagai Ibadih, kita tidak mengharap kecuali sesuatu yang dijanjikan olah Allah. Kita belum paham makna mengabdi jika masih menyembah hawa nafsu, juga jika belum berjuang dengan segenap harta, jiwa dan nyawa. Tujuan kita hanya mengabdi kepada Allah bukan pada syetan dan nafsu. Syetan adalah musuh Allah. Derap langkah kita hanya untuk Allah.

Setelah berjanji mengabdi, taqwa menjadi tameng-taqwa menjadi penjaga jiwa agar tidak mudah berubah menjadi hamba syetan dan nafsu. Pakaian taqwa itu lebih baik. Taqwa melindungi cuaca buruk penyakit hati, pikiran, moral yang mengarahkan pada abdi selain Allah. Inti taqwa adalah ketaatan mutlak kepada Allah. Imbalan bagi orang yang bertaqwa:

· Ampunan. Kenikmatan paling tinggi adalah ampunan. Keimanan dan ketaqwaan tak bisa sempurna. Maka ampunan Allah adalah hal yang utama. Ada kisah tentang seorang yang hidup selama 500 tahun tak pernah berbuat maksiat, ketika mau dimasukkan ke syurga ingin ditimbang dahulu amalnya, ternyata amalnya tetap lebih rendah dari karunia dan nikmat yang Allah berikan. Hanya rahmat Allahlah yang memasukkannya ke syurga. (Al Hujurat ayat 7) jika kita sudah merasa berjasa maka buanglah jauh sifat itu karena itu sifat orang munafik…kalau bukan saya… kita tidak perlu bangga dengan amal kita karena itu sifat orang munafik (HR Muslim)

· Istiqomah. Ketika ada peluang kebaikan segera lakukan. Jangan terlalu rajin atau terlalu malas. Sederhana, kontinu. Tak ada yang selamat dari azab kecuali karena RahmatNya termasuk Rasulullah. Kalo kita ingin dapat ampunan, abdi, taat dan taqwa hanya kepada Allah meski kebanyakan manusia taat pada majikan yang kelihatan.

· Usia itu barokah. Usianya muda banyak karyanya. Contoh Hasan al Banna, umur yang panjang dan barokah nabi Nuh. “ Siapa yang ingin umurnya panjang dan dibarokahi oleh Allah, maka bersilaturahmilah”. Arti lebih dalam dari orang taat akan terhindar dari kematian yang buruk. Ramses 1-3 usianya panjang tapi tidak barokah.

Orang yang tidak memiliki poin diatas hidupnya akan hancur, stress tidak bisa tidur. Orang yang punya ilmu enak. Ilmu akan menjaganya. Konsep Al Quran cukup. Contoh kehidupan barokah adalah kehidupan Ibrahim dan Muhammad. Ibrahim isteri dan anak-anaknya menjadi shalih generasi antar generasi. Muhammad isteri dan anak-anaknya shalih. Mereka dibarokahi Allah karena menyembah, bertaqwa dan mentaati Allah.

Jika kamu mengetahui…usia berkah kapan? Ketika menikah… barokallahu laka barakallohu ‘alaina wajama’a bainahuma…. Semoga Allah memberkahimu saat suka saat sedih dan saat keduanya…apa yang dimiliki Rasul sehingga bahagia ( Al ahzab 21 ) isteri nabi memilih nabi daripada harta.

Hidup barokah hanya saat menikah. Ketika menikah akan merasakan benar-benar makna ibadah, taat dan taqwa. Meski banyak agenda tetap istiqomah. Barakah bertambah-tambah. Meski amanah dan beban bertambah tetap sanggup menjadi ubudillah, taat dan taqwa kepada Allah. Misal sakit sebentar dibandingkan saat sehat, sehatnya jauh lebih banyak. Jangan merasa hidup ini susah. Semakin sulit jika tidak mensyukuri nikmat Allah. Kebaikan Allah berikan lebih banyak daripada sakitnya. Sabar itu tidak mengeluh. Ikhlas itu tidak mengeluh. Jangan merasa sulit, Allah memudahkan segalanya. Harapan itu masih ada. Sabar itu nikmat, sandarkan pada Allah. Kita hanyalah mayat yang mengikuti apa perintah Allah. Orang yang mengeluh tidak puas terus karena tidak memahami nikmat Allah. ( Kajian Tafsir Al Quran di pojok Mardliyah)

)

1 komentar: