Selasa, 31 Agustus 2010

Shalat dan Kesucian Diri


Barang siapa yang berwudlu dan membaguskan wudhunya maka akan keluarlah segala kesalahan dari tubuhnya, hingga dibalik kuku-kukunya (HR Muslim)
Dalam Surat Al Ankabut ayat 45 diterangkan bahwa shalat bisa mencegah perbuatan fahsya dan munkar. Namun jika kita introspeksi diri, tiada henti kita shalat, namun tiada henti pula kita melakukan dosa dan maksiyat, baik itu dosa kepada orangtua, kakak, adik maupun teman. Waktu kewajiban shalat adalah umur 10 thn, jika dihitung sampai sekarang sudah berapa kali shalat? 27 kali 5 kali 360 tahun sama dengan duapuluhan ribu kita shalat, tetapi belum mampu merubah kita.
Shalat pada hakikatnya adalah menghadap kepada Allah. Antara kita dan Allah ada penghalang yang membuat shalat kita tidak bisa seperti yang kita harapkan. Bayangkan suami isteri ketemu lima kali sehari tapi dibalik tembok, tidak mengesankan bukan? dan tidak menghasilkan apa-apa. Saat menghadap Allah ada hijab berupa syahwat baik itu syahwat hati, syahwat mulut, syahwat tangan, syahwat pikiran, maupun syahwat telinga, dan syahwat kaki. Karena syahwat itulah yang menjadikan tidak ada perubahan antar sebelum dan sesudah shalat.
Shalat akan mengantarkan kita sepenuhnya menghadap Allah, manakala kita telah bersih dari segala kotoran syahwat. Syahwat itu belum menjadi perbuatan tetapi berupa keinginan sesuatu yang tidak disukai Allah. Syahwat adalah keinginan diri untuk melakukan dosa dan maksiyat (dorongan itu kuat). Ketika syahwat ini masih berada dalam diri sesorang, maka batinnya tidak suci menghadap Allah. Misalnya datang makanan, kita sangat ingin makan pada saat shalat, badan menghadap Allah, tetapi hati menghadap makanan.Shalat seperti ini ibarat balon yang dipegang talinya. Shalat yang bersih ibarat balon yang yang tidak terikat, naik membumbung. Shalat itu mikrajnya naik ke langit. Shalat kalau masih terbelenggu pada hal yang sia-sia membuat balon tidak bisa terbang keatas.
Wudlu adalah taujih Rabbani agar kita memulai shalat dengan bersih diri. Berwudhu berarti berusaha membersihkan tubuh dari syahwat duniawi. Niat akan membersihkan diri dari segala syahwat aqidiyah (ragu-ragu) dan khuluqiyah (keras). Dosa aqidiyah yaitu meyakini ada kekuatan lain yang melebihi kekuatan Allah, berharap kepada selain Allah. Berharap pada selain Allah boleh asal tidak melebihi harapannya kepada Allah. Jadi ketika yang diharapkan tidak terwujud tidak berputus asa mengharapkan Allah. Juga termasuk dosa aqidiyah jika mencintai sesuatu melebihi cintanya kepada Allah, dan takut kepada sesuatu melebihi takut kepada Allah. Dosa khuluqiyah adalah segala sesuatu yang membuat hati menjadi keras. Misalnya sombong karena dunia maupun karena akhirat. Riya ingin dilihat orang lain. Ujub merasa bangga dengan amal dan merendahkan orang lain, hasud, dengki, ittiba’ nafsu, dan hubbudunya (terlalu cinta dunia).
Berkumur-kumur membersihkan syahwat mulut dan perut, bersih dari keinginan selain Allah. Mulut adalah seperti teko. Bila teko isinya susu maka akan keluar susu, tapi jika isinya kopi keluarnya kopi. Apa yang dikeluarkan mulut kita adalah isi hati kita. Syahwat mulut berupa:
1. Berdusta yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan
2. Menipu, tanda tangan teman saat tidak masuk kuliah.
3. Ghibah, menggosip
4. Namimah, adu domba
5. Berbicara sia-sia
6. Makan haram, syubhat dan berlebihan
Membasuh muka adalah membersihkan diri dari segala syahwat wajah dan penglihatan. Misalnya:
  • Tabbaruj (berhias menarik pandangan bukan mahram) wajah adalah karunia yang dimintai pertanggungjawabannya.
  • Cemberut (manyun) membuat orang jadi tidak nyaman. Jadi perlu azzam untuk selalu ceria dihadapan kawan ataupun lawan. Senyum kita dicatat sebagai kebaikan.
  • Menatap sinis penuh penghinaan dan kebencian.
  • Memandang yang tidak boleh dipandang
Membasuh tangan akan membersihkan dosa yang dilakukan oleh tangan. Syahwat tangan adalah mengambil barang yang bukan miliknya, memegang yang haram, menyakiti sesama, memalsu surat, tanda-tangan atau dokumen.
Mengusap kepala. Syahwat pikiran adalah berprasangka buruk (harusnya mengedepankan prasangka baik), menyimpan rencana jelek. Ingin paham dunia tetapi tidak paham akhirat. Malu jika ketinggalan teknologi tapi tidak malu jika tidak paham akhirat.
Mengusap telinga yaitu membersihkan diri dari syahwat pendengaran. Syahwat pendengaran adalah ghibah. Keinginan suka mendengar kejelekan orang lain adalah tanda kelainan jiwa dan membebani diri sendiri. Jika kita bersama orang-orang yang menghibah sebaiknya menambah yang positif aja. Termasuk syahwat pendengaran adalah mendengar nyanyian dan musik yang melalaikan pada akhirat, mendengarkan segala hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Membasuh kaki adalah membasuh diri kita dari syahwat kaki yaitu melangkah ketempat maksiat, malas pergi ke masjid atau majlis ilmu, malah suka menindas dan menyakiti sesama. Mengusap anggota wudhu tidak sekedar membersihkan anggota badan tetapi juga bersihkan hati sehingga sepenuh hati dan sepenuh jiwa menghadap Allah yang disebut hudurul qalbi atau kehadiran hati dalam menjumpai Allah (Ihsan). (02 Mei 2009 Darush Shalihat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar