Senin, 25 Oktober 2010

Berguru pada Ustadz Tebu

Berguru pada Ustadz Tebu

“Ya Alloh kuatkanlah kami menghadapi kerasnya kehidupan ini, namun lembutkanlah hati kami agar kami selalu memberikan manfaat terbaik untuk sesama”

Lihatlah ustadz tebu, ia menghadapi kehidupan yang keras namun tetap lembut memberi manfaat. Keras kehidupannya tapi tawadhu’nya luar biasa. Ustadz tebu telah berhasil menikahkan “Infa”dan”Intifa” dengan bahagia dipelaminan hidup kita. Bagaimana agar hidup bahagia kita bisa belajar dari ustadz tebu ini.

Infa’ ibarat pohon kelapa ia berarti memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi yang lain. Contohnya Rasulullah Saw dalam seluruh kehidupannya, Usman bin Affan sebagai pedagang yang dermawan, dan Umar dengan pedangnya yang ketika jahiliyahnya dibuat untuk kejahatan ketika masuk Islam ia gunakan pedangnya untuk membela Islam. Sabda Rasulullah Saw, “Sebaik-baik manusia ialah yang paling memberi manfaat untuk sesamanya”.

Intifa’ artinya mengambil dan menerima manfaat dari yang lain. Contohnya adalah Apel. Apel menerima makanan dari pohon sehingga tumbuh buah apel yang akhirnya dimakan manusia. Maka intifa’ kita yang sesungguhnya adalah infa’ kita pada yang lain.( Infa’=memberi, Intifa’=menerima). Ketika kita mampu memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya pada orang lain justru kita sendiri yang akan merasakan banyak manfaatnya. Infa’(memberi) yang tiada batas kepada yang lain akan membuat hidup ini terasa manis semanis gula.

Gula, umumnya terbuat dari tebu, meski ada gula jawa yang bersumber dari pohon kelapa. Sejak SD pengetahuan tentang manfaat pohon kelapa telah diajarkan lewat pramuka namun mengenai pohon tebu kurang dipelajari seolah-olah hanya pohon kelapa saja yang bermanfaat padahal semua ciptaan Allah bermanfaat hanya saja kadar kemanfaatannya berbeda-beda. Pada kesempatan ini kita bisa berguru pada pohon tebu, bolehlah kita sebut ustadz tebu.

Pohon tebu dengan keunggulannya yang memberi manfaat bagi manusia memiliki kharakteristik yang unik yang bisa dipelajari dan diteladani layaknya ustadz. Adapun kharakteristik pohon tebu adalah sebagai berikut:

1. Memilih tumbuh dan berkembang di alam pedalaman. Pohon tebu tidak pernah berharap hidup dalam gelimang fasilitas yang melimpah. (Mudah tumbuh tak perlu perawatan ekstra seperti pohon lainnya).

2. Pohon tebu adalah pohon yang menyederhanakan penampilan fisiknya namun ia berjuang sangat keras untuk memiliki isi yang jauh diatas penampilan fisiknya. (Lihatlah fisiknya sederhana namun isinya luar biasa manfaat manisnya).

3. Pohon tebu teruji dan tahan uji menghadapi berbagai ujian yang dijumpai dalam hidup ini.( Jika ditebang, ambruk tertiup angin atau terbawa arus banjir, ia akan masih tetap bisa tumbuh, tak mudah putus asa maupun putus harapan). Dalam hal ini tebu mengajari kita agar melakukan infa’ secara kreatif dan inovatif (selalu ada hal baru yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun).

Andai kita ingin belajar banyak tentang hakekat Infa’ bergurulah pada tebu. Dia rela dirinya diperas dan dia tulus meneteskan satu demi satu saripati hasil perjuangannya selama ini, setelah itu ia tidak peduli dimanapun ia akan ditempatkan.

Pohon tebu juga memiliki ruas ruas bertingkat semakin tua ruas semakin manis rasanya, ini adalah pelajaran tentang merencanakan hidup bukan sekedar khayalan hidup. Rencana beda dengan khayalan karena rencana adalah khayalan yang bertanggal. Sosok tebu mengajarkan kepada kita agar hidup secara terencana lewat tahapan yang dirancang secara nyata dan pasti dimana setiap tahapan selalu mematangkan tahap sebelumnya tidak malah menghancurkannya. Kadang, manusia hari ininya tidak mematangkan hari kemarin. Sebagaimana shalat, ia mengajak kita untuk mematangkan hidup sehingga semakin hari semakin baik sehingga lezat hidup karena tertata dan terencana dengan baik.

(Catatan tambahan: Bagaimana bila gagal? Gagal untuk hal yang besar tak ada ruginya. Rancanglah kegagalan yang besar dan jadikanlah kegagalan itu punya nilai dihadapan Alloh. Kadang kala kita meremehkan potensi diri padahal banyak potensi diri. Karena kita terlalu sering meremehkan potensi diri, kita jadi mudah meremehkan potensi orang lain pula. Berjuang dan berkorbanlah seperti pohon tebu bukan seperti lilin. Terencana bukan nekad).

Catatan Kajian Jelajah Hati suatu sore di Darush Shalihat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar