Senin, 25 Oktober 2010

Bukan Taubat Sambal

Tiadalah Al Quran diturunkan untuk memberatkan kita. Namun ia menjadi tadzkiroh/peringatan bagi orang yang memiliki rasa takut. Rasa takut adalah wujud kesadaran kepada Allah bahwa kita hanyalah seorang hamba. Di dunia ini banyak orang yang tidak merasa sebagai hamba sehingga tidak takut kepada Allah dan kehilangan sifat-sifat mulia.

Kesadaran akan bertambah jika mengalami kejadian/peristiwa ayat-ayat Allah tidak hanya tertulis di Al Quran. Segala peristiwa adalah tangga-tangga menuju kesadaran. Kesadaran itu penting. Bangun saja belum tentu sadar dan yang kita butuhkan adalah bangun dan sadar. Bangun tidur mata kepala bisa terbuka namun mata hati bisa saja masih tertutup. Bangun seperti ini tidak bisa membawa kita menaiki tangga menuju kesadaran.

Pernahkah melihat video seekor kangguru naik sepeda? Ternyata bisa. Pernahkah melihat pembawa batu bata menumpuk batu bata dalam jumlah sangat banyak di atas kepalanya? Ternyata mampu. Melihat hal-hal yang luar biasa bisa membuka kesadaran kita.

Ada 4 sentuhan kesadaran yang bisa kita rasakan dalam menghadapi peristiwa;

  1. Kesadaran untuk syukur.
  2. Kesadaran bahwa “Keahlian” adalah ketekunan yang dibiasakan. (Anda bisa jadi ahli Al Quran)
  3. Kesadaran untuk menganggap biasa segala hal yang memang biasa.
  4. Kesadaran untuk menganggap luar biasa segala hal yang memang luar biasa.

Jika hal biasa kita anggap luar biasa maka dapat dianggap kita tak sadar. Misal tiba-tiba mati listrik kemudian ada yang marah-marah kita sikapi biasa saja. Jika kita ikut-ikutan marah maka kita termasuk orang yang tidak sadar. Biasa adalah segala sesuatu yang tidak menimbulkan pengaruh dan akibat apapun untuk hidup sesudah mati. Sedangkan luar biasa adalah segala sesuatu yang menimbulkan pengaruh dan akibat untuk hidup sesudah mati.

Dalam perjalanan hidup ini perlu hati-hati jangan sampai jatuh. Temukan perjalanan menuju kesadaran melalui Makrifatunnafs/pengenalan diri. Pengenalan diri akan membuat seseorang mengenali kelemahan diri juga dosa dan kebiasaan buruk diri seperti kurang ilmu, kurang kesungguhan, kurang semangat dan sebagainya. Hal ini harus disadari. Setelah mengenali semua itu yang perlu kita lakukan adalah taubat.

Taubat amat sangat dibutuhkan agar setiap pohon kebaikan yang kita sirami bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Hati akan berkembang dengan baik dengan cara taubat. Satu pohon yang akan kita tumbuhkan misal pohon tawadhu’ tidak tumbuh dari hati yang penuh dosa atau laksana lahan kotor. Jika hati bersih, pohon tawadhu’ akan melahirkan ikhlas, qanaah dan sifat-sifat baik lainnya. Setiap kali menampakkan kebaikan akan muncul benih-benih kebaikan yang lain. Itulah keberkahan. Siapa yang tawadhu’ akan merasakan lezatnya beribadah. Jika sudah merasa ikhlas tapi belum qanaah berarti belum sampai pada kebaikan dan keberkahan. Keberkahan adalah satu kebaikan yang akan melahirkan kebaikan yang lain. Misal Ilmu mendorong shalat dan shalat semakin mudah ilmunya.

Pohon tawadhu’ akan tumbuh menebar keindahan diatas hati yang bersih dari kotoran dan segala penyakit. Untuk bersihkan hati dari segala kotoran dapat dilakukan dengan taubat. Taubat berarti memohon ampun kepada Allah atas semua salah dan dosa yang sudah diperbuat. Taubat berarti kembali ke jalan yang benar (bukan tobat sambel), kembali dari sikap yang menyalahi menuju sikap yang sesuai (dengan keinginan Allah dan RasulNya). Taubat yang sesungguhnya akan membuat fitrah kita bening.

Dosa adalah segala perbuatan manusia yang menimbulkan noktah hitam di dalam hati. Hati yang hitam akan sulit menapaki hidup dalam kesadaran sebagaimana petunjuk Al Baqarah ayat 171:”…. Mereka bisu, tuli, buta (akibatnya) mereka tidak berpikir..”. Dengan taubat diharapkan hati kita cemerlang penuh cahaya.

Syarat Taubat;

  1. I’tiraf :mengakui dosa dan salah yang diperbuat (Al Anbiya:87). Pengakuan terhadap dosa ada 4 tingkatan:

- Mengakui salah dan dosa yang nampak

- Mengakui salah dan dosa yang tidak nampak

- Mengakui segala salah yang tidak termasuk dosa. (misal suka masbuk shalatnya)

- Mengakui lalai dari mengingat Allah

  1. An Nadm :menyesali dosa dan salah yang diperbuat (Al A’raf 23)
  2. Al Azm :bertekad untuk tidak mengulangi dosa dan salah yang pernah diperbuat
  3. As Sighat :mengucapkan kalimat yang menunjukkan permohonan ampun atas semua dosa dan salah yang diperbuat. “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan aku bertaubat kepadaNya”. Saat beristighfar ingatlah dosa yang diperbuat.
  4. Arridha bil iqab:rela dihukum.

Taubat kita lakukan karena kita ingin selamat di dunia dan akhirat. Untuk menjaga kesadaran ini perlu banyak-banyak mengingat mati.

Ingat mati berarti mengingat perjumpaan kita dengan Sang Pencipta. Mengingat saat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala apa yang kita lakukan dibuminya Allah dan saat dimana kita merasakan cinta dari Yang Maha Mencintai, merasakan keadilan dari Yang Maha Adil.(Ya Allah betapa aku rindu berjumpa dengan Mu) dan memang seharusnya seorang hamba merindukan mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar