Kamis, 08 Juli 2010

Hidup Berarti Menjadi

Hidup Berarti Menjadi

Sudah bertahun-tahun menjalani hidup, kita sudah jadi apa? Jika jadi isteri sudahkah kita seperti dalam An nisa ayat 34, yakni yang Qanitat, Shalihat dan Hafidzat?.Betapa banyak yang membiarkan hidup ini menjadi apapun jadinya nanti, bukan sebagai keputusan filosofis ideologis yang tegas. Misalnya jadi ibu rumah tangga ditanya kenapa? Jika jawabnya adalah menjadi madrasah bagi anak-anak nanti, maka ini disebut sebagai keputusan filosofis. Menjadi apapun kalau filosofis ideologis akan menjadi mulia. Sudah S1-S2 menjadi ibu rumah tangga adalah tetap mulia jika itu menjadi keputusan filosofis ideologis. Pun jika menjadi ahli untuk memajukan peradaban bangsa tentu juga merupakan kemuliaan. Sedang orang yang tidak memiliki keputusan filosofis ideologis seperti balon yang terbang keudara ikut pergi kemana arah angin.
Orang Islam tetapi tidak sholat adalah karena tidak memiliki keputusan filosofis ideologis dalam hidupnya. Kita tidak ingin seperti balon tetapi layang-layang supaya ada kendali. Namun jika kendalinya putus, nasibnya akan sama dengan balon. Bagaimanakah caranya agar keputusan filosofis selalu menyertai keputusan kita untuk menjadi? Kuncinya adalah serius. Siap?Ketika nafas terakhir sampai tenggorokan, tiada yang dapat menghapus ketakutan meninggalkan dunia kecuali kesiapan kita. Saat meninggal nanti, sebagai apakah kita akan dikenang? What have u done for that? Sampai dimana kita telah melakukannya?
Kita harus berubah dan yang paling penting dalam perubahan bukan ukurannya akan tetapi kecepatannya. Jangan pula mensyaratkan perubahan dari luar diri kita karena perubahan yang terjadi diluar tidak akan bernilai jika tidak ada perubahan di dalam diri. Tidak menjadikan hambatan dan rintangan sebagai alasan untuk ragu-ragu apalagi berhenti melangkah berubah.Keragu-raguan dalam merubah keadaan adalah ketegasan kita untuk mempertahankan apapun yang lama.. Ragu menikah?
Harus berani mencoret kata Imposible dalam kamus kehidupan kita. Imposible is nothing. Di kehidupan ini tidak ada yang tidak mungkin. Satu-satunya yang tidak mungkin dalam kehidupan ini adalah ketidakmungkinan itu sendiri. Yang ada adalah balasan yang disediakan diakhirat adalah seadil mungkin. Kalau mungkin saja bisa terjadi apa kita yakin? Berbahagialah bagi siapapun yang dalam hidupnya hanya memiliki satu kemungkinan yaitu masuk syurga. Mari sama-sama merubah yakin untuk masuk syurga.
Analoginya modal hidup berupa wajah. Keindahan wajah bukan terletak pada mengindahkannya, melainkan pada mengindahkanNya dengan ekspresi yang bertanggung jawab. Allah Taala telah memberi kita wajah, akan tetapi keindahan ekpresinya adalah tanggung jawab kita sepenuhnya. Orang yang bertanggung jawab mengindahkan wajah dengan ekpresi yang bertanggung jawab. Indahnya wajah karena mengindahkannya tanpa mengindahkanNya adalah topeng belaka. Bahkan, indahnya wajah karena mengindahkannnya tanpa mengindahkanNya adalah hantu.
Dunia adalah bayangan akhirat. Jadi suatu nikmat dunia adalah bayangan. Kalau kita dapat nikmat dunia, kita harus mencari aslinya. Semua nikmat dunia adalah bayangan nikmat akhirat. Kalau orang dapat nikmat dunia harus menemukan nikmat akhirat yang menyertainya. Misalnya nikmat mata bisa melihat, lihat AlQuran jadi tambah mengagungkan Allah. Setiap kali memperoleh nikmat dunia, maka kita harus menemukan nikmat akhirat yang datang menyertainya. Bila datang nikmat dunia tidak disertai nikmat ukhrawi maka berubahlah nikmat itu menjadi hantu.Bacalah!!! Sampai kita mengerti tentang segala sesuatu dalam hidup kita tanpa harus membuka mata dan telinga kita karena kita sudah membuka hati kita jauh sebelum mata dan telinga kita terbuka.
Dengan terus membaca hingga mengerti kita akan bisa cepat berubah menjadi lebih baik dengan keputusan berubah yang filosofis idiologis. Adapun mengenai takdir. Bahwasanya takdir ada dua. Yang pertama adalah takdir muyasar yakni tidak ada pilihan lain kecuali menerima dengan ikhlas apa adanya. Misalnya dilahirkan di Indonesia, jadi orang Indonesia. Yang kedua takdir mukhayya yakni ada pilihan yang lain kalau kita mau. Tapi takdir ini juga harus diterima. Sebagai contohnya sakit bisa dikhtiarkan menjadi sehat. Berpindah dari takdir baik ke takdir lebih baik. Takdir sakit baik dan takdir sehat lebih baik. (Catatan kajian di Darus Shalihat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar