Sabtu, 04 September 2010

Keyakinan yang Menghunjam

Keyakinan yang Menghunjam
Hujan turun karena izin Allah. Segala sesuatu yang kita ingin akan tetapi bila Allah tidak ingin maka tidak akan terjadi, akan tetapi bila kita tidak ingin sedang Allah menghendaki, maka terjadilah. Dengan keyakinan yang kuat kepada Allah akan melahirkan ketenangan di dalam jiwa. Keyakinan yang kuat kepada Allah laksana akar yang kuat menghunjam meski diterjang badai. Keyakinan merupakan buah bertemunya ilmu shariyah dan fitroh shafiyah.
IImu syariyah adalah ilmu yang membuat kita tahu mana yang Allah sukai dan mana yang Allah tidak sukai dalam hidup kita. Apa yang disukai Allah pasti bermanfaat sedangkan apa yang tidak Allah sukai pasti mengandung bahaya bagi kita. Suka atau tidaknya Allah adalah untuk kepentingan manusia. Jika manusia taat dia sendirilah yang akan merasakan manfaatnya jika manusia maksiat itu tidak mengurangi kebesaran dan kesucianNya, justru manusialah yang sengsara. Sebagai contohnya adalah ghibah (membicarakan keburukan orang lain), ghibah tidak memberi manfaat bagi manusia, justru ghibah akan membuat virus kebencian dan prasangka buruk tumbuh dengan subur yang akhirnya menimbulkan kehidupan yang tidak harmonis dalam lingkungan masyarakat.
Fitroh Shafiyah adalah jati diri manusia fitri yang kembali keasalnya, bening, bersih dan suci. Tanda dari manusia yang fitri ini adalah ketika melihat kesalahan orang lain adalah kesempatan untuk memberi maaf dan menyembunyikan kesalahan itu dari orang lain. Memaafkan orang yang berbuat salah terhadap diri kita memang bukan hal mudah bagi setiap orang apalagi menyembunyikan kesalahan itu dari orang lain. Betapa mulianya manusia fitri ini. Kebanyakan manusia jika ada yang berbuat salah terhadap dirinya akan langsung marah, dendam bahkan kemudian menceritakan keburukan-keburukan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap dirinya. Ia meyakini ayat Al hujurat ayat 12: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Tentang keyakinan yang kuat, Ali bin Abi Thalib mengatakan “ Ia mampu melihat yang ghaib itu seolah nyata dihadapannya” (Ali bin Abi Thalib).” Kalaulah tutup dibuka, maka tak menambah keyakinanku sedikitpun” (ulama). Keyakinan yang harus menghunjam ke dalam hati kita:
  1. Keyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya jalan lurus menuju ketenangan, kebahagiaan dan kemuliaan. Umar bin Khattab mengatakan: “ Kami adalah kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, jika kami mencari kemuliaan selain dengan Islam, maka binasalah kami”
  2. Keyakinan bahwa semua perintah agama adalah kebutuhan primer manusia dan tak ada satupun yang sulit ataupun mempersulit. Hidup tanpa ibadah dan ketaatan adalah kehinaan. Jalan ke syurga itu mengangkat dan memuliakan sedang jalan ke neraka itu hina dan merendahkan.
  3. Keyakinan bahwa jalan ke syurga itu satu. Dengan keyakinan ini membuat tidak mudah tergerak oleh petunjuk yang membawa ke arah yang lain.
  4. Keyakinan bahwa gemerlap kehidupan dunia ini adalah ujian dan cobaan yang paling berat dalam hidup. Rasulullah Saw bersabda;” Bukanlah kemiskinan yang kutakutkan atas kalian, justru gemerlap kemewahan yang kukhawatirkan atas kalian”. Dalam Quran surat At Taubah ayat 38 Allah SWT berfirman” Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupandi dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalahsedikit”.
  5. Keyakinan bahwa musibah adalah jalan lapang menuju ke syurga.Dalam Quran surat Al Baqarah ayat 216 Allah berfirman:Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Dari ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk memandang segala sesuatu tidak memakai logika suka atau tidak suka karena boleh jadi apa yang kita suka belum tentu baik dan apa yang tidak kita suka belum tentu buruk. Kita menyukai kenikmatan hidup, tetapi tidak semua kenikmatan hidup itu baik bagi kita. Kita tidak suka kesukaran juga musibah dalam hidup akan tetapi tidak semua kesukaran dan musibah yang menimpa hidup kita itu buruk bagi kita. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik buat kita. Dunia bersifat sementara, maka kenikmatan anggaplah sebagai ujian sedang cobaan, kesukaran dan musibah anggaplah sebagai jalan menuju kebahagiaan. “ Seorang mukmin yang terus menerus ditimpa musibah pada anak dan kerabatnya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak satupun kesalahan pada dirinya “(HR Thabrani dan Malik).
  6. Keyakinan bahwa kematian adalah peristiwa bertemunya kita dengan pemilik kehidupan, Allah Azza wa Jalla. Ketika kita yakin akan bertemu Allah, maka kita perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga tidak seperti orang yang mengingkari pertemuan dengan Allah sebagaimana tertera dalam Al Quran Al Mukmin ayat 90 hingga 100: ( Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku kedunia_ agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
  7. Keyakinan bahwa jejak-jejak amal kita tercatat dengan baik di buku catatan amal kita. Jejak-jejak amal dicatat baik bekas jalannya maupun bekasnya pada orang lain. Baik itu baik ataupun buruk.
  8. Keyakinan bahwa setiap amal perbuatan manusia itu dibalas dengan balasan yang sesuai. Dalam Quran Ar-rahman ayat 55: Tak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Allah tidak mungkin salah dan lupa membalas, maka harapkanlah balasan dari Allah bukan balasan dari manusia. Dalam Quran Al-qashas ayat 77: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Catatan Kajian bersama Ustadz Syatori Abdurauf, Yogyakarta: Sabtu 31 Oktober 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar