Sabtu, 04 September 2010

Takdir

Takdir (Darush Shalihah, 11 Desember 2008)

“ Ya Allah sesungguhnya hamba memohon ridhaMu dan masuk syurgaMu”. Doa ini adalah do’a yang bagus. Akan tetapi tanpa dinyana, ketika berdoa seperti ini ada yang dialpakan, yang menunjukkan kebodohan dan kekurangadaban kita. Kita menyadari semua yang kita lakukan tanpa ridho Allah tidak punya nilai sama sekali. Miskin meski diridhai Allah jauh lebih baik daripada kaya tetapi tak diridhai oleh Allah.Menurut suatu riwayat, mengisahkan Sufyan At Tsauri tidak pernah lupa do’a seperti ini, suatu saat ada teman beliau menegurnya mengatakan doa tersebut sangat memalukan/tidak sopan dan tidak beradab. Awalnya ia kurang memahami, kemudian temannya mengatakan:”Kamu meminta ridha Allah sedang kamu sendiri tidak ridha dengan takdir dan ketentuan Allah”. Dialog tersebut bisa menjadi cermin bagi kita, manusia kebanyakan inginnya meminta tetapi tak mau memberi dan gampang ngeluh kalau ada yang hilang dari yang dimiliki. Inilah kehidupan kita. Kita perlu menata ulang kembali konsep keridhaan kita. Sebelum meminta keridhaan Allah,terlebih dahulu kita harus ridha terhadap semua takdir dan ketentuan Allah.
Hidup berarti berjalan menyelusuri garis takdir yang telah terukir sejak sebelum kita lahir. Keihlasan dan kerelaan kita untuk terus mengalir mengikuti lika-liku takdir adalah ikhtiar yang akan mengantarkan kita sampai dimuara tujuan hidup yaitu Ridha Allah. Janganlah seseorang itu mengharap mendapat ridha Allah jika ia belum ridha terhadap dirinya sendiri. Untuk mendapat ridha Allah, doa saja belum cukup, perlu penguatan dengan ikhtiar.
Taqdir Allah ada dua, yaitu taqdir qadha dan taqdir qadar.
Takdir Qadha
Qadha berarti ketentuan atau keputusan. Qadhi yang memutuskan/ menentukan (hakim). Takdir qadha adalah takdir dalam ujud ketentuan dan ketetapan Allah yang harus dipatuhi dan diamalkan manusia. Dalam Al Ahzab ayat 36:” Dan tiadalah patut bagi orang yang mukmin laki-laki maupun perempuan, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan (Qadha) suatu urusan kemudian ada pada mereka pilihan yang lain dari urusan mereka. Dan siapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul maka ia tersesat”. Wujud dari takdir qadha ini adalah hukum Allah. Keikhlasan dan kerelaan menapaki garis takdir qadha adalah dengan kita tunduk dan patuh sepenuh hati pada semua hukum-hukum Allah adalah langkah-langkah nyata menuju ridhaNya. Ada 3 bentuk ridha terhadap takdir qadha:
  1. Selalu berprasangka baik dengan semua hukum dan ketentuan Allah (yakinlah akan pertemuan dengan RabbMu agar bisa meraih syurgaNya). Contoh hukum waris, yakin, taat tidak berprasangka. Jika mempertanyakan sertailah dengan prasangka baik akan menemukan tabir hikmah, jika kita belum sreg. Jika sudah ada prasangka tidak baik tidak ada jawaban yang bisa memuaskan.
  2. Meyakini bahwa hukum dan ketentuan Allah adalah jalan hidup yang akan membuat saya hidup dalam kebahgiaan dan kemuliaan dikemudian hari dan hari kemudian.
  3. Menjalani dan mengamalkan hukum dan ketentuan Allah dengan senang hati. Jika masih berat hati berarti belum rela terhadap hukum Allah.

Takdir Qadar
Qadar berarti ukuran. Dalam Al Qamar ayat 49 :”Sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan segala sesuatu dengan ukuran”. Ukuran-ukuran yang Allah tetapkan untuk kebaikan kita. Terkadang kita tidak rela karena nafsu. Dalam Quran surat 42 ayat 27 :” Kalau Allah melapangkan rezeki untuk hamba-hambanya niscaya mereka melakukan kejahatan dimuka bumi (melampaui batas)”. Akan muncul kerusakan jika semua diberi kelapangan. Takdir qadar adalah setiap ketentuan dan keputusan Allah yang ditetapkan secara terukur untuk kehidupan umat manusia. Wujud takdir adalah peristiwa dan kejadian yang dialami manusia. Dalam kehidupan kita ada 2 peristiwa. Ada yang mengatakan takdir baik dan takdir buruk. Ada yang mengatakan beruntung dan tidak beruntung. Dalam Quran surat Al Baqarah ayat 216…” Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu dan boleh jadi kamu benci sesuatu padahal itu buruk bagimu”
Sikap dihadapan Takdir Qadar
  1. Menyikapi bahwa setiap peristiwa dan kejadian terjadi dengan izin Allah.
  2. Meyakini bahwa setiap qada kejadian itu memberi dua kemungkinan”sabar dengan qada pahit dan syukur dengan qadar manis.
  3. Menyempurnakan ikhtiar dengan melakukan amal menjemput Rahmat dan Ridla ArRahman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar