Sabtu, 04 September 2010

Sukses Mulia

Sukses Mulia

Kita akan sampai pada sukses yang mulia apabila mau menggunakan seluruh aset yang kita miliki berupa akal, hati dan badan untuk kebaikan. Belum dikatakan sukses mulia apabila misalnya akal tidak cepat berpikir kebaikan karena memikirkan hal-hal yang tidak penting atau bukan kewajiban kita memikirkannya misalnya, menghitung hitung kira-kira jumlah kalau koalisi mega dan prabowo bakalan menang atau tidak (bukan amanah kita saat ini). Hati tidak dioptimalkan misalnya berencana menangis semalam suntuk bila si dia nikah dengan orang lain. Badan tidak dioptimalkan berada ditempat yang baik malah ditempat permainan yang sia-sia. Seharusnya yang kita pikirkan adalah diri ini yang sudah umur segini masih belum juga berkarya, masih belum ikhlas, masih belum sabar.

Hidup di dunia ini jadi orang baik itu belum cukup. Harus jadi ahli kebaikan atau expert. Seorang ekpert yang dibekali 5 I akan menghasilkan energi positif ( EPOS ). 5 I itu adalah:

  1. I’timad yang berarti tidak menggantungkan amal baik kepada apapun dan siapapun kecuali kepada Allah Ta’ala.
  2. Ijtihad artinya memilih amal yang baik yang mendorong kita harus berjuang untuk bisa melakukannya. Berjuang dapat dimaksudkan juga sebagai melawan dorongan yang menghalangi kita untuk melakukan kebaikan. Sahabat Rasulullah dalam masa kejayaan Islam selalu berlomba melakukan kebaikan dengan memilih amalan yang paling berat dilakukan karena pahala senilai dengan kesusahan dalam melakukan amal.
  3. Ikhlas artinya amalannya naik ke langit. Ikhlas artinya melepas belenggu atau harapan pada dunia yang mengganggu amal kita naik ke langit. Belenggu itu bisa berupa harta, tahta maupun popularitas.
  4. Istiqamah yaitu membuat kita terus berlari tiada henti dalam amal baik sesulit apapun.
  5. Infa’ berarti menjadikan amal baik sebagai wasilah menebar manfaat untuk sesama.

Expert dan 5 I akan menghasilkan EPOS yaitu PASRAH

Epos adalah energi positif yang mendorong kita terus beramal dengan cara yang terbaik dan memasrahkan hasil amal sepenuhnya kepada ALLAH Ta’ala. Epos akan melahirkan jiwa yang muthmainah yang layak di sebut sebagai ahli kebaikan. Ahli kebaikan beda dengan tukang kebaikan. Kalau ahli konsisten berbuat kebaikan kalau tukang kebaikan, kebaikannya musiman. Misalnya suka berbagi makanan pada teman, ketika teman tidak berbuat baik kepada kita maka kita menghentikan berbagi lagi. Contoh lain adalah orang yang suka datang ke pengajian namun dihatinya masih memiliki rasa benci terhadap tetangganya.

Kunci EPOS adalah Pasrah. Pasrah ada dua. Pasrah sebelum kejadian dan pasrah sesudah kejadian. Pasrah sebelum kejadian dengan melakukan ikhtiar, doa dan kebaikan. Pasrah sesudah kejadian dengan husnudhan, istislam dan ridha.

1. Pasrah sebelum kejadian

  • Ikhtiar yaitu melakukan apa saja yang baik, yang ada kaitannya dengan harapan.
  • Do’a berarti meyakini tidak ada yang mustahil bagi ALLAH Ta’ala. Belum disebut berdo’a jika tidak disertai seperti ini. Hati harus sesuai dengan mulut yang berdo’a.
  • Kebaikan berarti melakukan amal yang disukai oleh Allah dan disenangi sesama. Contoh orang yang pasrah sebelum kejadian adalah tukang beca di Pekalongan yang berhasil naik haji karena rajin berdo’a, ikhtiar dan lakukan kebaikan. Contoh lain adalah Nabi Zakaria yang sudah lanjut usia belum punya keturunan namun ia tidak putus dam berdoa dan beriktiar serta lakukan kebaikan akhirnya diberi keturunan.

2. Pasrah sesudah kejadian

  • Husnudzan adalah meyakini bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik.
  • Istislam artinya menerima semua keputusan Allah dengan hati yang lapang.
  • Ridha artinya menerima semua keputusan Allah sebagai anugerah.

Buah Pasrah : Ada kisah tentang Zainab Al Ghazali yang selamat dari keroyokan anjing di sebuah kamar penjara. Kisah lainnya tentang seorang suami isteri yang lama tidak dikaruniai anak karena pasrah akhirnya Allah mengaruniakan pada mereka keturunan.

Pesan terakhir Rasulullah adalah mewasiatkan umatnya untuk pasrah. Hal tersebut tercantum dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 102; “ Dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan pasrah kepada Allah ”.

Karang Malang, 01 Mei 2009

( Note: Darush Shalihat 30 April 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar