Rabu, 15 Desember 2010

Ikhlas Sumber Kekuatan

Ikhlas Sumber Kekuatan

Dalam bahasa agama, ikhlas artinya melakukan sesuatu semata untuk memperoleh ridha Alloh SWT dan terbebas dari keinginan atau pengakuan atau pujian dari manusia. Orang yang berjiwa ikhlas disebut mukhlis. Pribadi ini akan selalu merasa tenang, mantap, tidak heboh ketika dipuji maupun dicaci.

Dalam bahasa filsafat, sesuatu dianggap baik dan memiliki nilai moral dalam dirinya selama tindakan itu dilakukan semata mengikuti kaidah kebenaran yang muncul dari hati yang tulus dan nalar yang logis serta sehat. Jadi, sesuatu dikatakan baik karena niat dan tujuannya baik serta tindakannya memang logis.

Ikhlas itu sebuah rahasia yang teramat dalam yang hanya diketahui oleh hati nurani seseorang dengan Alloh SWT.

Menjadi Abdulloh sepenuh hati menunjukkan keikhlasan

Islam mengajarkan: Jadilah pekerja Tuhan, jadilah Abdulloh, jadilah hamba dan pelayan Tuhan karena engkau akan menjadi orang yang merdeka dan majikan bagi diri sendiri dengan panduan Illahi. Akan tetapi, jika hanya menjadi abdi negara/perusahaan, setinggi apapun pangkat dan jabatan Anda, imbalan yang didapat tidak sebesar dan abadi seperti imbalan yang dijanjikan Tuhan.

Jika kita haus pujian dan tepuk tangan manusia, seberapa lama orang sanggup bertepuk tangan terus buat kita? Jika kita hidup mengandalkan belas kasih manusia, seberapa besar dan seberapa lama orang akan mengasihi kita? Sudah tentu hidup ini saling menolong, saling mengasihi dan saling menghargai. Akan tetapi semua itu akhirnya akan berlalu karena kita semua akan terjangkiti lelah, sakit, tua dan mati. Hanya Allah yang tidak lupa memperhatikan. Kita melupakanNya, tetapi DIA selalu ingat kepada kita. Kita menjauhiNya, tetapi DIA selalu mendekat dan memeluk kita. Kita kecewa dan marah padaNya, DIA selalu melimpahkan maaf dan kasihNya. Kita sakit, tapi akhirnya DIAlah yang menyembuhkan.

Jadi, ikhlas dan berserah diri pada Tuhan adalah sumber kekuatan. Hal tersebut dapat membuat hidup menjadi optimis dan selalu saja menimbulkan senyum pengharapan. Jika kita beriman dan mencintai Alloh, bukankah kedekatan dan perjumpaan denganNya merupakan saat penuh semangat dan ditunggu-tunggu? Bukankah kita selalu bersemangat bekerja dan selalu ingin berkumpul karena menyayangi dan mencintai ’mereka’ yang kita cinta? Padahal kecintaan dan kebaikan Tuhan pada diri kita jauh melebihi apa yang diberikan oleh negara, perusahaan, keluarga dan orang lain.

(Sumber :Anonim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar