Rabu, 15 Desember 2010

Ilmu Padi

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Perjalanan Menuju Ma’rifatullah (Kajian di Darush Shalihat)

Perjalanan menuju ma’rifatullah adalah senikmat-nikmat perjalanan. Agar sukses dalam menikmati perjalanan berbekal tiga cara:

Ø Mengenal kekurangan diri

Ø Taubat

Ø Ilmu

Mengenal Allah adalah sumber dari segala kebaikan yang diibaratkan belajar dari pengalaman mengubah padi menjadi nasi. Pertanyaannya sudah berapa lembar ilmu yang selama ini kita dapatkan dari guru-guru kita? Sudah berlembar-lembar kenapa tidak berubah?.Ilmu yang kita terima selama ini adalah bagai kumpulan padi yang tidak bisa kita nikmati selama ia masih berujud padi. Kenapa masih berujud padi? Karena memang itu kemampuan guru-guru kita. Guru-guru kita hanya bisa memberikan ilmu kepada kita dalam bentuk pada bukan dalam bentuk nasi. Ilmu akan berpengaruh kuat jika dalam mendapatkannya penuh perjuangan/keprihatinan. Namun seprihatin-prihatinnya guru, ilmu yang diberikan kepada kita masih tetap dalam bentuk padi. Setelah padi ilmu mereka menguning maka mereka membagi-bagikan dalam wujud padi. Kitalah yang harus memiliki kemampuan merubah padi itu menjadi nasi hangat yang bisa dinikmati. Nikmat ilmu ukhrowi sebagaimana ilmu tentang ma’rifatullah juga akan bisa kita nikmati menjadi nasi manakala kita bisa merubah menjadi nasi.

Proses padi menjadi nasi adalah dari padi dirubah menjadi gabah. Dari gabah dirubah menjadi beras, dari beras dirubah menjadi nasi. Proses pertama adalah mengubah padi menjadi gabah. Proses ini adalah memisahkan padinya dari pohonnya. Padi akan berubah menjadi gabah jika setelah dipetik dari tangkai (pohonnya) dengan menggunakan mesin pemetik. Implementasinya dengan mengenal Allah SWT, kita putuskan segala ketergantungan kepada apapun dan siapapun, kecuali hanya kepada Allahu Akbar. Nilai manusia tergantung pada siapa ia bergantung. Padi menjadi berharga setelah ia terpisah dari tangkainya. Jika tergantung pada makhluk maka makhluk itu juga punya kekurangan. Mesin pemotong ketergantungan itu ialah Ta’dhim ilallah. Ta’dhim berarti mengagungkan Allah. Tak ada sesuatupun yang memiliki keagungan melebihi keagungan Allah. Kita harus memiliki ilmu ta’dhim ilallah. Biasanya dengan mengikuti kuliah umum lebih besar peluang untuk menemukan keagungan Allah daripada mengikuti kuliah agama, karena sifatnya yang teoritis.

Proses gabah menjadi beras. Gabah bisa berubah menjadi beras jika ia mau (baca: tidak takut) dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Kita harus mau memasuki mesin penggiling bernama Al Khasyah Ilallah yang artinya tak ada yang kita takuti di dunia ini melebihi ketakutan kita kepada Allah. Ilmu kedua setelah ta’dhim ilallah yakni kita juga harus memiliki ilmu untuk bisa takut kepada Allah. “ Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu”(QS. Al Fathir:28). Contoh ilmu yang membawa kita takut kepada Allah adalah ilmu tentang azab neraka. Tanpa kita sadari kita lebih sering berada diatas jalan yang berujung pada neraka. Padahal jembatan shirat itu bukan lamunan bukan pula khayalan, tetapi akan jadi kenyataan. Ingatlah Akhirat dan takutlah pada AdzabNYA termasuk adzab kubur.

Sebab-sebab Adzab Kubur:

1. Melalaikan shalat.

2. Membaca Al Quran kemudian melalaikannya.

3. Tidak bersih dalam bersuci.

4. Bohong dalam berkata.

5. Tidak membayar zakat.

6. Pola hidup yang berlebih-lebihan.

7. Makan riba.

8. Korupsi.

9. Memfitnah sesama muslim

10. Khianat terhadap amanah.

11. Enggan menolong sesama muslim

12. Khamer, zina, dan membunuh orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar